
Internasional
Ekonomi Melambat, Bank Sentral Korsel Pangkas Suku Bunga
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
16 October 2019 11:37

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Korea Selatan (BOK) pada Rabu (16/10/2019) memangkas suku bunga untuk kedua kalinya dalam kurun waktu tiga bulan. Sesuai eksepktasi, langkah ini dilakukan guna mendukung perekonomian di tengah perlambatan dan deflasi yang meningkat.
Dewan kebijakan moneter BOK memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menjadi 1,25%. Gubernur BOK Lee Ju-yeol dijadwalkan segera mengadakan konferensi pers pukul 02.20 GMT waktu setempat.
Pemotongan suku bunga adalah kelanjutan dari pelonggaran Juli. Ini sejalan dengan perkiraan survei Reuters dari 31 analis.
Pasar keuangan lokal menunjukkan sedikit reaksi terhadap keputusan yang diharapkan secara luas. Investor menunggu petunjuk tentang arah kebijakan di masa depan dari konferensi pers gubernur.
"Kami melihat penurunan suku bunga lebih lanjut, mungkin antara Januari dan Februari tahun depan, karena pertumbuhan ekonomi benar-benar tidak akan segera naik," kata Kong Dong-rak, ahli strategi pendapatan tetap di Daishin Securities, sebagaimana dikutip dari laman yang sama.
Langkah BOK dilakukan di tengah gelombang pelonggaran moneter secara global, termasuk oleh Federal Reserve AS. The Fed diperkirakan akan memberikan penurunan suku bunga ketiga tahun ini di akhir bulan ini.
Pertumbuhan ekonomi Korsel telah jatuh dalam beberapa kuartal terakhir, terpukul oleh permintaan global yang stagnan dan perang tarif AS-China yang berkepanjangan. Negara ini memiliki ketergantungan yang tinggi pada ekspor chips, mobil dan kapal.
Bank investasi global telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2019 untuk ekonomi terbesar keempat di Asia itu menjadi serendah 1,6%, dibandingkan dengan proyeksi bank sentral sebesar 2,2% dari pertumbuhan aktual sebesar 2,7% tahun lalu.
Dalam pembaruan rutinnya pada prospek ekonomi global yang dirilis Selasa malam, International Monetary Fund (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2019 dan 2020 Korsel. Masing-masing sebesar 0,6 poin persentase, menjadi 2,0% dan 2,2%.
Ekonomi tumbuh hanya 1,9% pada paruh pertama tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, turun tajam dari kenaikan 2,5% pada paruh kedua tahun lalu dan kenaikan 2,8% pada periode enam bulan sebelumnya, menurut data bank sentral.
Ekonomi yang biasanya kuat sekarang menghadapi ancaman deflasi serius. Karena harga konsumen pada bulan September membukukan penurunan tahunan pertama mereka dalam sejarah modern negara itu.
Menggarisbawahi tekanan deflasi, data bank sentral yang dirilis awal Rabu menunjukkan harga impor turun pada bulan September untuk bulan keempat berturut-turut dari tahun sebelumnya. Penurunan ini beruntun terpanjang sejak akhir 2016.
Tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-China telah memberikan beberapa alasan untuk optimisme dalam ekonomi Korsel. Tetapi ketidakpastian atas perang perdagangan masih tinggi dan ekspor belum menunjukkan bukti kuat dari titik terendah.
(sef/sef) Next Article Ekonomi Bakal Jatuh, Bank Korea Pangkas Suku Bunga
Dewan kebijakan moneter BOK memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, menjadi 1,25%. Gubernur BOK Lee Ju-yeol dijadwalkan segera mengadakan konferensi pers pukul 02.20 GMT waktu setempat.
Pemotongan suku bunga adalah kelanjutan dari pelonggaran Juli. Ini sejalan dengan perkiraan survei Reuters dari 31 analis.
Pasar keuangan lokal menunjukkan sedikit reaksi terhadap keputusan yang diharapkan secara luas. Investor menunggu petunjuk tentang arah kebijakan di masa depan dari konferensi pers gubernur.
Langkah BOK dilakukan di tengah gelombang pelonggaran moneter secara global, termasuk oleh Federal Reserve AS. The Fed diperkirakan akan memberikan penurunan suku bunga ketiga tahun ini di akhir bulan ini.
Pertumbuhan ekonomi Korsel telah jatuh dalam beberapa kuartal terakhir, terpukul oleh permintaan global yang stagnan dan perang tarif AS-China yang berkepanjangan. Negara ini memiliki ketergantungan yang tinggi pada ekspor chips, mobil dan kapal.
Bank investasi global telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2019 untuk ekonomi terbesar keempat di Asia itu menjadi serendah 1,6%, dibandingkan dengan proyeksi bank sentral sebesar 2,2% dari pertumbuhan aktual sebesar 2,7% tahun lalu.
Dalam pembaruan rutinnya pada prospek ekonomi global yang dirilis Selasa malam, International Monetary Fund (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2019 dan 2020 Korsel. Masing-masing sebesar 0,6 poin persentase, menjadi 2,0% dan 2,2%.
Ekonomi tumbuh hanya 1,9% pada paruh pertama tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, turun tajam dari kenaikan 2,5% pada paruh kedua tahun lalu dan kenaikan 2,8% pada periode enam bulan sebelumnya, menurut data bank sentral.
Ekonomi yang biasanya kuat sekarang menghadapi ancaman deflasi serius. Karena harga konsumen pada bulan September membukukan penurunan tahunan pertama mereka dalam sejarah modern negara itu.
Menggarisbawahi tekanan deflasi, data bank sentral yang dirilis awal Rabu menunjukkan harga impor turun pada bulan September untuk bulan keempat berturut-turut dari tahun sebelumnya. Penurunan ini beruntun terpanjang sejak akhir 2016.
Tanda-tanda kemajuan dalam negosiasi perdagangan AS-China telah memberikan beberapa alasan untuk optimisme dalam ekonomi Korsel. Tetapi ketidakpastian atas perang perdagangan masih tinggi dan ekspor belum menunjukkan bukti kuat dari titik terendah.
(sef/sef) Next Article Ekonomi Bakal Jatuh, Bank Korea Pangkas Suku Bunga
Most Popular