
Internasional
AS ke Korsel Hingga Saudi, Negara yang Nunggak Iuran PBB
Sefti Oktarianisa, CNBC Indonesia
13 October 2019 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tengah menghadapi krisis keuangan. Sebabnya hampir sepertiga dari negara-negara anggotanya belum membayar iuran tahunan mereka.
Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Antonio Guterres. Berbicara di depan Komite Kelima yang menetapkan anggaran PBB, Guterres mengatakan bahwa situasinya kini sangat menyedihkan.
"Organisasi ini menghadapi krisis keuangan yang parah," kata Guterres, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Rabu (09/10/2019). "Untuk lebih spesifik, krisis likuiditas yang parah.. tanpa uang tunai, anggaran tidak dapat diimplementasikan dengan benar,".
Guterres mengatakan, PBB sangat kekurangan uang. Sehingga terpaksa meminjam cadangan yang disisihkan untuk Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB.
Menurutnya, uang yang ada hanya bisa memenuhi operasional hingga akhir Oktober. Bahkan di November lembaga itu, terancam tak bisa membayar gaji para staff.
Berdasarkan Reuters, AS, yang merupakan kontributor terbesar untuk PBB dengan porsi 22% bahkan US$ 674 juta (Rp 9,5 triliun) untuk anggaran reguler 2019. Ini belum termasuk utang US$ 381 juta (Rp 5,3 triliun) untuk anggaran reguler di 2018.
Beberapa negara lain yang dilaporkan menunggak iuran tahunan mereka kepada PBB. Yakni Brasil, Iran, Israel, Meksiko, Arab Saudi, Korea Selatan, dan Uruguay.
Guterres sebenarnya sudah melakukan sejumlah langkah penghematan antara lain dengan penangguhan perjalanan dinas dan sejumlah pertemuan. Krisis keuangan ini tidak hanya akan berdampak pada operasi di pusat utama PBB di New York, Geneva, Vienna dan Nairobi tetapi juga komisi regional.
(sef/sef) Next Article Duh! Lagi Nego Damai, Trump Malah Nyinyirin China di PBB
Hal tersebut diungkapkan oleh Sekretaris Jenderal Antonio Guterres. Berbicara di depan Komite Kelima yang menetapkan anggaran PBB, Guterres mengatakan bahwa situasinya kini sangat menyedihkan.
Guterres mengatakan, PBB sangat kekurangan uang. Sehingga terpaksa meminjam cadangan yang disisihkan untuk Operasi Pemeliharaan Perdamaian PBB.
Menurutnya, uang yang ada hanya bisa memenuhi operasional hingga akhir Oktober. Bahkan di November lembaga itu, terancam tak bisa membayar gaji para staff.
Berdasarkan Reuters, AS, yang merupakan kontributor terbesar untuk PBB dengan porsi 22% bahkan US$ 674 juta (Rp 9,5 triliun) untuk anggaran reguler 2019. Ini belum termasuk utang US$ 381 juta (Rp 5,3 triliun) untuk anggaran reguler di 2018.
Beberapa negara lain yang dilaporkan menunggak iuran tahunan mereka kepada PBB. Yakni Brasil, Iran, Israel, Meksiko, Arab Saudi, Korea Selatan, dan Uruguay.
Guterres sebenarnya sudah melakukan sejumlah langkah penghematan antara lain dengan penangguhan perjalanan dinas dan sejumlah pertemuan. Krisis keuangan ini tidak hanya akan berdampak pada operasi di pusat utama PBB di New York, Geneva, Vienna dan Nairobi tetapi juga komisi regional.
(sef/sef) Next Article Duh! Lagi Nego Damai, Trump Malah Nyinyirin China di PBB
Most Popular