
Ketegangan AS-China Menurun, Harga Minyak Dunia Naik
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
16 October 2019 10:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga si emas hitam diperdagangkan menguat pagi ini menyusul sentimen positif melunaknya tensi ketegangan global dan kemungkinan pemangkasan produksi minyak OPEC.
Harga minyak kontrak berjangka acuan jenis Brent pagi ini menguat 0,29% ke level US$ 58,91/barel sedangkan jenis minyak Light Sweet/WTI naik 0,27% ke level US$ 52,95/barel.
Naiknya harga minyak dipicu oleh menurunnya ketegangan perang dagang Amerika Serikat (AS)-China serta adanya kemungkinan kesepakatan keluarnya Inggris dari Uni Eropa.
"Harga minyak akan mulai merangkak naik seiring dengan dua risiko global yang membayangi permintaan minyak selama ini, yaitu perang dagang AS-China dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, Brexit" kata Edwarad Moya, analis pasar senior OANDA yang berkedudukan di New York seperti yang diwartakan Reuters.
"Walau kesepakatan dagang yang lebih jauh tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat, tetapi risiko perang dagang AS-China perlahan mulai memudar" tambahnya.
Jika "hard" atau "no-deal Brexit" tidak terjadi tentu akan kembali mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga mengangkat harga minyak.
Faktor lain yang juga mendukung naiknya harga minyak adalah keterangan Sekjen organisasi negara pengekspor minyak (OPEC), Mohammad Barkindo yang mengatakan bahwa pihaknya akan menempuh segala hal untuk menjaga stabilitas pasar hingga 2020.
OPEC, Rusia dan negara produsen minyak lain sepakat untuk memangkas kapasitas produksi sebesar 1,2 juta barel/hari sejak Januari tahun ini hingga Maret tahun depan untuk menjaga stabilitas pasar.
(TIM RISET CNBCÂ INDONESIA)
(twg/hps) Next Article Damai Dagang AS-China Luntur, Pudarkan Kilau Minyak
Harga minyak kontrak berjangka acuan jenis Brent pagi ini menguat 0,29% ke level US$ 58,91/barel sedangkan jenis minyak Light Sweet/WTI naik 0,27% ke level US$ 52,95/barel.
"Harga minyak akan mulai merangkak naik seiring dengan dua risiko global yang membayangi permintaan minyak selama ini, yaitu perang dagang AS-China dan keluarnya Inggris dari Uni Eropa, Brexit" kata Edwarad Moya, analis pasar senior OANDA yang berkedudukan di New York seperti yang diwartakan Reuters.
"Walau kesepakatan dagang yang lebih jauh tidak mungkin terjadi dalam waktu dekat, tetapi risiko perang dagang AS-China perlahan mulai memudar" tambahnya.
Jika "hard" atau "no-deal Brexit" tidak terjadi tentu akan kembali mendorong pertumbuhan ekonomi dan juga mengangkat harga minyak.
Faktor lain yang juga mendukung naiknya harga minyak adalah keterangan Sekjen organisasi negara pengekspor minyak (OPEC), Mohammad Barkindo yang mengatakan bahwa pihaknya akan menempuh segala hal untuk menjaga stabilitas pasar hingga 2020.
OPEC, Rusia dan negara produsen minyak lain sepakat untuk memangkas kapasitas produksi sebesar 1,2 juta barel/hari sejak Januari tahun ini hingga Maret tahun depan untuk menjaga stabilitas pasar.
(TIM RISET CNBCÂ INDONESIA)
(twg/hps) Next Article Damai Dagang AS-China Luntur, Pudarkan Kilau Minyak
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular