Damai Dagang AS-China Luntur, Pudarkan Kilau Minyak

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
10 October 2019 09:47
Isu peningkatan produksi di tengah kekhawatiran penurunan permintaan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi makin memperparah koreksi.
Foto: Ilustrasi: Minyak mengalir keluar dari semburan dari sumur 1859 asli Edwin Drake yang meluncurkan industri perminyakan modern di Museum dan Taman Drake Well di Titusville, Pennsylvania AS, 5 Oktober 2017. REUTERS / Brendan McDermid / File Foto
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak dunia masih melanjutkan tren penurunan. Isu peningkatan produksi di tengah kekhawatiran penurunan permintaan akibat melambatnya pertumbuhan ekonomi makin memperparah koreksi.

Pada Kamis (10/10/2019) pukul 09:45 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,21%. Sementara yang jenis light sweet terkoreksi 0,17%. Tren koreksi harga si emas hitam sudah berlangsung sejak pertengahan bulan lalu.



Pertumbuhan ekonomi dalam ancaman perlambatan yang serius. Damai dagang Amerika Serikat (AS)-China tampaknya masih belum bisa diharapkan.

Tuntutan Presiden AS Donald Trump terhadap China terkait reformasi kebijakan industri serta subsidi dan juga menambah daftar hitam perusahaan rintisan China baru-baru ini memperkeruh suasana. Dialog setingkat deputi pada awal pekan ini di Washington masih belum membuahkan hasil. Menurut harian South China Morning Post mengabarkan bahwa pembicaraan tingkat tinggi selevel wakil menteri hanya akan berlangsung satu hari saja.


Hal ini semakin memunculkan kekhawatiran bahwa ekonomi global akan terperosok ke jurang resesi. Ketika hal itu terjadi maka konsumsi minyak mentah akan menurun lantaran seluruh aktivitas perekonomian seperti manufaktur terkontraksi.

Apalagi di tengah isu suplai yang cenderung berlebih, tentu ini akan semakin menekan harga minyak untuk mencatatkan performa yang jeblok. Hingga 4 Oktober kemarin cadangan minyak AS secara tak terduga naik hingga 2,9 juta barel, jauh melampaui ekspektasi yang menyebutkan peningkatan cadangan minyak hanya sampai 1,4 juta barel.

Sementara itu yang juga turut menjadi sentimen negatif untuk harga minyak adalah, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memberikan Nigeria target produksi minyak yang lebih tinggi dari kesepakatan pemotongan pasokan. Kini, target produksi menjadi minyak Nigeria menjadi 1,774 juta barel per hari (bpd) dari sebelumnya 1,685 juta barel per hari, seperti yang diwartakan Reuters.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/aji) Next Article Pasokan Seret, Harga Minyak Menanjak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular