Pekan Lalu Anjlok, Harga Minyak Turun Lagi Hari Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
07 October 2019 09:42
Lagi-lagi isu perlambatan ekonomi jadi pemantik utama harga minyak anjlok karena ada kekhawatiran permintaan minyak mentah menurun.
Ilustrasi Kilang Minyak (REUTERS/Ahmed Jadallah)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah global harus kembali merana. Lagi-lagi isu perlambatan ekonomi jadi pemantik utama harga minyak anjlok karena ada kekhawatiran permintaan minyak mentah menurun.

Pada Senin (7/10/2019) pukul 09:10 WIB, harga minyak jenis brent turun 0,43% sementara light sweet terkoreksi 0,25%. Tren penurunan harga si emas hitam sepertinya belum berakhir. Sepanjang pekan lalu, brent anjlok 5,63% dan light sweet ambrol 5,05%.




Melemahnya harga minyak sepertinya disebabkan kekhawatiran bahwa permintaan akan menurun akibat perang dagang Amerika Serikat (AS)-China. Ada risiko negosiasi dagang yang dijadwalkan minggu ini di Washington akan berjalan cukup alot.

Pasalnya tawaran yang diajukan China tidak termasuk reformasi kebijakan industri dan subsidi pemerintah. Padahal dua tuntutan itu yang ditekankan oleh Presiden AS Donald Trump.


Semenjak perang dagang kedua negara berlangsung dalam kurun waktu kurang lebih 1,5 tahun ini, ekonomi kedua negara tersebut mencatatkan rapor merah alias terkontraksi.

Sebut saja sektor manufaktur AS yang terkontraksi dikonfirmasi dengan angka pembacaan PMI 47,8 terendah dalam sepuluh tahun terakhir. Sektor manufaktur sendiri menyumbang 11% dari ekonomi Negeri Paman Sam.

Sektor jasa yang menyokong lebih dari dua pertiga ekonomi AS juga melambat walau masih ekspansi. Angka pembacaan PMI jasa bulan September AS berada di 52,6 terendah sejak Agustus 2016. Selain itu ekonomi AS kuartal dua juga melambat tumbuh di angka 2% saja.

Sementara itu ekonomi China juga mengalami hal yang serupa. Pertumbuhan ekonomi China di kuartal dua berada di angka 6,2% dan merupakan pertumbuhan terendah dalam 27 tahun terakhir.

Rilis data output industri China pun juga mencatatkan pertumbuhan terendah dalam 17 tahun terakhir. Biro Statistik Nasional China mencatat pada Agustus, industrial output China tumbuh 4,8% terendah sejak Februari 2002.

Jadi kalau kedua ekonomi terbesar di dunia masih akan melanjutkan drama perseteruannya bukan tidak mungkin AS-China akan menyeret dunia ini ke babak baru resesi global yang menyeramkan. Ketika ekonomi memburuk tentu permintaan minyak turun. Hingga tahun 2018 saja AS mengkonsumsi minyak sebesar 20 juta barel per hari.

Sementara itu di waktu yang sama China mengkonsumsi minyak sebesar 13,5 juta barel per hari. Bisa kita bayangkan kalau ekonomi kedua negara terus memburuk, permintaan minyak bisa turun. Kalau tidak diimbangi dengan pemangkasan dari sisi produksi maka bisa jadi harga minyak akan terus melanjutkan tren koreksinya. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Pasokan Seret, Harga Minyak Menanjak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular