
Perang Dagang Berlarut-larut, Ekspor-Impor China Anjlok
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
14 October 2019 18:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Perang dagang berkepanjangan ternyata berdampak buruk pada aktivitas ekspor dan impor China. September 2019, ekspor dan impor China turun dalam melebihi prediksi sejumlah pihak.
Berdasarkan data Bea Cukai China, pada September ekspor China (dalam dolar AS0 turun 3,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelum. Adapun ekspornya anjlok 8,5%. Total neraca dagang China pada September mencapai US$39,65 miliar atau setar Rp 559 triliun.
Berdasarkan survei Reuters pada sejumlah ekonom, ekpor China di September turun 3% dan impor anjlok 5,2%. Adapun surplus neraca dagang diperkirakan US$33,3 miliar.
Pada Agustus lalu, ekspor China dalam dolar AS secara tak terduga turun 1% secara tahunan (penurunan terbesar sejak Juni), karena pengiriman barang ke AS melambat tajam. Sementara itu, Impor China turun 5,6% pada periode yang sama. Itu membawa surplus perdagangannya menjadi US $ 34,83 miliar, menurut data Bea Cukai China.
Menurut Martin Lynge Rasmussen, ekonom China di konsultan Capital Economics mengatakan, butuh waktu untuk memulihkan kembali ekspor China.
"Kesepakatan perdagangan AS-China yang dicapai pada Jumat tidak mengubah pandangan secara signifikan," tulisnya dalam sebuah catatan, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Senin (14/10/2019).
"Ke depan, ekspor tampaknya akan tak meningkat di kuartal mendatang," tambahnya. "Sementara itu, pertumbuhan impor telah melambat tajam di triwulan terakhir, dan sekarang terlihat sangat lemah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu sebagian rebound dalam pertumbuhan impor utama kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat."
Ekonomi China, tumbuh lebih lambat di tengah perang perdagangan yang berlarut-larut antara Beijing dan Washington. Pekan lalu, pejabat dari kedua negara telah bertemu di Washington untuk membahas perdagangan, dan Presiden Donald Trump mengatakan, AS telah mencapai "kesepakatan fase satu yang sangat substansial" dengan China.
Trump mengatakan bahwa kesepakatan yang dibicarakan akan membuat China membeli produk pertanian Amerika senilai US$ 40 miliar hingga US $ 50 miliar, dan masalah pencurian kekayaan intelektual dan manipulasi mata uang. AS sendiri berencana telah mengangguhkan kenaikan tarif barang-barang China.
(roy/roy) Next Article Telisik Turunnya Harga Emas di Saat Meredanya Konflik Global
Berdasarkan data Bea Cukai China, pada September ekspor China (dalam dolar AS0 turun 3,2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelum. Adapun ekspornya anjlok 8,5%. Total neraca dagang China pada September mencapai US$39,65 miliar atau setar Rp 559 triliun.
Berdasarkan survei Reuters pada sejumlah ekonom, ekpor China di September turun 3% dan impor anjlok 5,2%. Adapun surplus neraca dagang diperkirakan US$33,3 miliar.
Menurut Martin Lynge Rasmussen, ekonom China di konsultan Capital Economics mengatakan, butuh waktu untuk memulihkan kembali ekspor China.
"Kesepakatan perdagangan AS-China yang dicapai pada Jumat tidak mengubah pandangan secara signifikan," tulisnya dalam sebuah catatan, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional, Senin (14/10/2019).
"Ke depan, ekspor tampaknya akan tak meningkat di kuartal mendatang," tambahnya. "Sementara itu, pertumbuhan impor telah melambat tajam di triwulan terakhir, dan sekarang terlihat sangat lemah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu sebagian rebound dalam pertumbuhan impor utama kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat."
Ekonomi China, tumbuh lebih lambat di tengah perang perdagangan yang berlarut-larut antara Beijing dan Washington. Pekan lalu, pejabat dari kedua negara telah bertemu di Washington untuk membahas perdagangan, dan Presiden Donald Trump mengatakan, AS telah mencapai "kesepakatan fase satu yang sangat substansial" dengan China.
Trump mengatakan bahwa kesepakatan yang dibicarakan akan membuat China membeli produk pertanian Amerika senilai US$ 40 miliar hingga US $ 50 miliar, dan masalah pencurian kekayaan intelektual dan manipulasi mata uang. AS sendiri berencana telah mengangguhkan kenaikan tarif barang-barang China.
(roy/roy) Next Article Telisik Turunnya Harga Emas di Saat Meredanya Konflik Global
Most Popular