Simak! Inilah 4 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
13 October 2019 19:47
Simak! Inilah 4 Sentimen Penggerak Pasar Pekan Depan
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak terbatas sepanjang pekan kemarin dengan hanya mencatatkan penguatan 0,73% ke level 6.105,8. IHSG hampir saja menduduki posisi bontot di antara bursa saham utama di kawasan Asia.

Pada pekan depan, pelaku pasar perlu mencermati beberapa sentimen dari dalam dan luar negeri yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar keuangan Indonesia. Berikut ini peristiwa yang perlu diantisipasi sepanjang pekan depan menurut Tim Riset CNBC Indonesia.

Pertama, pandangan pelaku pasar tetap akan tertuju pada perkembangan friksi dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, terutama terkait hasil dari pertemuan level tinggi yang baru saja dilangsungkan pada 10-11 Oktober 2019.

Melansir pemberitaan CNBC International, Washington dan Beijing disebut telah mencapai "kesepakatan fase pertama yang sangat substansial" dan hasil tersebut akan dirilis oleh Gedung Putih dalam tiga minggu ke depan.

Presiden AS Donald Trump mengatakan bahwa kesepakatan tersebut mencakup pembahasan terkait kekayaan intelektual dan jasa keuangan, serta pembelian produk pertanian AS sekitar US 40 -50 miliar oleh China.

Selain itu Negeri Paman Sam telah sepakat untuk menangguhkan kenaikan tarif yang sebelumnya akan diberlakukan AS pada Oktober. AS berjanji menunda kenaikan tarif hingga 30%, dari sebelumnya 25% pada US$ 250 miliar barang China yang seharusnya berlaku 15 Oktober ini.



Namun sayangnya, pemerintahan Trump belum memberikan putusan yang sama pada barang-barang yang akan kena tarif tambahan di Desember. Sebelumnya pada 15 Desember nanti, produk seperti ponsel, laptop, mainan dan pakaian asal China akan kena tarif tambahan hingga 15%.

Kemudian sentimen kedua berasal dari anggota dewan pengambil kebijakan Bank Sentral AS (Federal Open Market Committee/FOMC) yang sepanjang pekan depan akan memberikan memberikan pidato. Mulai dari Presiden The Fed Kansas Esther George, Presiden The Fed St. Louis James Bullard, Presiden The Fed Chicago Charles Evans, Dewan Gubernur The Fed Michelle Bowman, dan Presiden The Fed New York John Williams.

Pernyataan dari otoritas moneter ini sangat diperhatikan pasar seiring dengan kian menguatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan (Federal Funds Rate) pada pertemuan akhir Oktober ini. Piranti FedWatch milik CME Group mencatat pertaruhan pemangkasan suku bunga AS sebesar 25 basis-poin kini berada di level 75,4%.

Jika ekspektasi itu terpenuhi, maka kekhawatiran seputar resesi pun agak terobati. Namun sebaliknya jika The Fed mempertahankan suku bunga acuannya, maka sentimen pasar pun kain mendung sehingga lebih rentan mengalami koreksi lanjutan.

(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)
Lalu sentimen ketiga datang dari rilis data ekonomi domestik di antaranya pertumbuhan kredit bulan Agustus, neraca dagang bulan September, statistik utang luar negeri Indonesia periode Agustus, dan hasil survei perbankan kuartal ketiga tahun ini.

Pertumbuhan kredit dan hasl survei perbankan akan menjadi tolak ukur untuk mengetahui apakah pelaku usaha melakukan ekspansi yang dapat dilihat dari kredit usaha atau kredit modal. Selain itu pelaku pasar juga dapat mencermati tingkat konsumsi masyarakat, umumnya ketika pertumbuhan kredit bertambah artinya konsumsi masyarakat juga tumbuh positif.

Sementara itu laporan statistik luar negeri Indonesia untuk mengetahui rasio pinjaman terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), apakah dalam batasan yang aman atau tidak.

Sebelumnya, dalam laporan bertajuk ‘Risks from Leveraged Corporates Grow as Macroeconomic Conditions Worsen’ tersebut, Moody’s meneliti resiko kredit dari 13 negara di kawasan Asia Pasifik, di mana Indonesia dan India menjadi negara dengan resiko gagal bayar atas utang perusahaan paling tinggi.



Terakhir, sentimen keempat adalah rilis data ekonomi penting dari negara-negara dengan ekonomi raksasa yang mencakup data neraca perdagangan, produksi industri, tingkat inflasi, laju pertumbuhan ekonomi, penjualan ritel, dan sebagainya

Informasi tersebut penting untuk dicermati investor untuk memperlihatkan apakah perekonomian global semakin melambat atau menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Berikut adalah jadwalnya

1. Neraca perdagangan China bulan September pada Senin (14/10/2019) pukul 09:30 WIB
2. Produksi industri Uni Eropa bulan Agustus pada Senin (14/10/2019) pukul 16:00 WIB
3. Laju inflasi China bulan September pada Selasa (15/10/2019) pukul 08:30 WIB
4. Hasil survei sentimen ekonomi Jerman bulan Oktober pada Selasa (15/10/2019) pukul 16:00 WIB
5. Laju inflasi Inggris bulan September pada Rabu (16/10/2019) pukul 03:30 WIB
6. Neraca perdagangan Uni Eropa bulan September pada Rabu (16/10/2019) pukul 16:00 WIB
7. Penjualan ritel AS bulan September pada Rabu (16/10/2019) pukul 19:30 WIB
8. Prospek bisnis AS bulan Oktober oleh The Fed Philadelphia pada Kamis (17/10/2019) pukul 19:30 WIB
9. Produksi industri AS bulan September pada Kamis (17/10/2019) pukul 20:15 WIB
10. Laju inflasi Jepan bulan September pada Jumat (18/10/2019) pukul 06:30 WIB
11. Laju pertumbuhan ekonomi China kuartal III-2019 pada Jumat (18/10/2019) pukul 09:00 WIB
12. Produksi industri China bulan September pada Jumat (18/10/2019) pukul 09:00 WIB
13. Penjualan ritel China bulan September pada Jumat (18/10/2019) pukul 09:00 WIB

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular