Terima Kasih Mr. Trump! Rupiah Menguat Dua Pekan Beruntun

Putu Agus Pransuamitra & Gustidha Budiartie, CNBC Indonesia
12 October 2019 08:05
Notula The Fed dan Situasi di Timur Tengah  Jadi  Catatan
Foto: Pertumbuhan Ekonomi AS Terpukul, Kode Keras untuk The Fed? (CNBC Indonesia TV)
Selain perundingan dagang AS-China, pasar finansial dalam negeri juga digerakkan oleh rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) serta situasi geopolitik di Timur Tengah yang kembali memanas.

Pada Kamis dini hari WIB, The Fed merilis notula yang berisi catatan-catatan yang mendetail yang terjadi di ruang meeting The Fed saat memutuskan memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2% pada 19 September lalu. 

Kala itu para anggota pembuat kebijakan atau Federal Open Market Committee (FOMC) memiliki pendapat yang berbeda-beda terkait pemangkasan suku bunga saat itu, dan panduan suku bunga di masa yang akan datang. 

Ada dua anggota FOMC yang tidak setuju suku bunga diturunkan, dan ada satu anggota yang meminta suku bunga diturunkan 50 bps. Untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting.



Berdasarkan Fed dot plot, lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%). Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%. 

Setelah rilis notula tersebut, pelaku pasar melihat probabilitas cukup besar The Fed akan memangkas suku bunga di akhir bulan nanti. 
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pelaku pasar melihat probabilitas di atas 80% suku bunga akan dipangkas 25 basis poin menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB). 

Probabilitas tersebut terbilang tinggi jika dibandingkan dua pekan lalu yang masih di bawah 50%. 

Sementara itu, Jumat kemarin pasar sempat dikejutkan setelah Iran melaporkan kapal tanker miliknya terkena serangan dua misil di Laut Merah dekat pantai Arab Saudi, sebagaimana dilansir CNBC International. Reuters melaporkan pihak Arab Saudi belum mau memberikan keterangan atas serangan ke kapal tanker milik Iran tersebut. 



Situasi di Timur Tengah memang sedang panas setelah bulan lalu dua fasilitas minyak milik Arab Saudi diserang drone yang mengakibatkan kerusakan parah. Amerika Serikat kala itu menuduh Iran sebagai dalang serangan, dan mengancam akan melancarkan serangan balasan. Iran tidak terima dan menyatakan siap berperang dengan AS dan sekutunya.

Perkembangan situasi di Timur Tengah ini akan menjadi salah satu penggerak rupiah di hari Senin nanti, selain juga hasil perundingan dagang AS-China. 

TIM RISET CNBC INDONESIA  (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular