Sentimen Campur Aduk, Rupiah Sukses Tekuk Dolar AS

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 October 2019 18:22
Pasar Yakin The Fed Akan Pangkas Suku Bunga di Bulan Ini
Foto: Reuters
Rilis notula rapat kebijakan moneter bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada 19 September lalu yang dirilis dini hari tadi menunjukkan  sikap para anggota komite pembuat kebijakan (Federal Open Market Committee/FOMC) terbelah saat memutuskan menurunkan suku bunga, maupun melihat proyeksi suku bunga di sisa tahun ini. 

Dari 17 anggota FOMC, tujuh di antaranya memperkirakan ada sekali lagi penurunan suku bunga acuan sampai akhir tahun. Kemudian lima lainnya melihat suku bunga yang saat ini masih bisa dipertahankan sampai akhir 2019, sementara sisanya malah memperkirakan bakal ada kenaikan.



Pasca rilis notula tersebut pelaku pasar melihat peluang The Fed memangkas suku bunga di akhir bulan ini sedikit meningkat. Data dari piranti FedWatch milik CME Group menunjukkan probabilitas sebesar 85% suku bunga akan dipangkas 25 bps menjadi 1,5-1,75% pada 30 Oktober (31 Oktober dini hari WIB). 

Foto: CME Group


Probabilitas tersebut lebih tinggi dari Rabu kemarin di kisaran 80%. Persentase tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dua pekan lalu yang masih di bawah 50% akibat isu resesi yang menerpa AS. Sepanjang pekan lalu data ekonomi dari AS memang buruk, kecuali tingkat pengangguran yang turun ke level terendah 50 tahun. 

Isu resesi di AS kembali mencuat setelah Institute fo Supply Management melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.



Indeks ini menggunakan angka 50 sebagai ambang batas. Skor di bawah 50 artinya kontraksi yakni aktivitas sektor manufaktur semakin menyusut. Kontraksi yang dialami sektor manufaktur AS di bulan September tersebut merupakan yang terdalam sejak satu dekade terakhir, tepatnya sejak Juni 2009 ketika resesi AS 2007-2009 berakhir.

Berdasarkan survei US National Association for Business Economics (NABE) yang melibatkan 226 institusi, 42% responden memperkirakan AS mengalami resesi pada Februari 2020. Kala negara dengan nilai ekonomi terbesar dunia lesu, tentunya permintaan untuk impor dari negara lain akan menurun, sehingga menyeret pertumbuhan ekonomi global. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3) 

(pap/pap)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular