Trading Forex, Poundsterling Tak Peduli dengan Data Ekonomi

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
10 October 2019 16:29
Kabar terbaru dari Reuters menyebutkan PM Johnson akan menemui PM Irlandia Utara Leo Varadkar untuk membahas proposal Brexit pada hari ini
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Chris Ratcliffe)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling menguat pada perdagangan Kamis (10/10/19) meski rilis data ekonomi Inggris hari ini terbilang buruk. Pada pukul 16:18 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2237 atau menguat 0,26% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Office for National Statistic (ONS) melaporkan produk domestik bruto (PDB) Inggris bulan Agustus berkontraksi 0,1% month-on-month (MoM) dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tumbuh 0,3%. Rilis tersebut lebih buruk dibandingkan prediksi stagnan 0% di Forex Factory.

Sejalan dengan PDB, produksi manufaktur di bulan Agustus juga dilaporkan merosot 0,7% MoM, dari bulan Juli yang tumbuh 0,3%. Laporan dari ONS tersebut sekaligus mematahkan prediksi pertumbuhan 0,1% di Forex Factory.


Meski data tersebut buruk, tetapi nyatanya poundsterling masih tetap menguat. Perkembangan Brexit masih menjadi penggerak utama mata uang Negeri John Bull ini, mengingat deadline yang sudah dalam hitungan hari.



Rabu kemarin kabar mengatakan Uni Eropa siap membuat konsesi dengan Inggris menjadi pendorong penguatan poundsterling. CNBC International mengutip harian The Times melaporkan sumber yang ikut dalam perundingan Brexit mengatakan Uni Eropa akan memberikan hak parlemen Irlandia Utara untuk keluar dari perjanjian backstop dalam beberapa tahun ke depan.

Masalah backstop atau perbatasan bebas bea masuk antara Irlandia Utara dengan Republik Irlandia menjadi batu ganjalan bagi proses Brexit. Dengan adanya backstop Irlandia Utara masih berada dalam satu wilayah pabean dengan Uni Eropa, sementara Irlandia Utara tergabung dalam Inggris Raya, yang sudah memutuskan keluar dari Uni Eropa.


Kesepakatan backstop merupakan hasil perundingan Brexit antara Uni Eropa dengan Inggris di bawah komando Perdana Menteri (PM) Theresa May kala itu. Parlemen Inggris menolak hasil kesepakatan tersebut berkali-kali yang berujung pada pengunduran diri May.

Kini di bawah PM Boris Johnson, Inggris secara tegas adanya backstop tersebut. Isu-isu Brexit akan terus menjadi perhatian mengingat deadline yang sudah dalam hitungan hari. Jika tidak ada penundaan lagi, Inggris harus keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober.

Kabar terbaru dari Reuters menyebutkan PM Johnson akan menemui PM Irlandia Utara Leo Varadkar untuk membahas proposal Brexit pada hari ini. Pertemuan ini bisa jadi menentukan bagaimana Brexit akan dilakukan nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/hps) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular