AS-China Kopi Darat di Washington, Harga SUN Masih Flat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
10 October 2019 13:58
Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis dan cenderung flat pada awal perdagangan hari ini.
Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah terkoreksi tipis dan cenderung flat pada awal perdagangan hari ini, Kamis (10/10/2019) di tengah sentimen negatif dari prospek damai dagang yang justru memburuk, padahal negosiasi puncak akan digelar di Washington DC Amerika Serikat (AS) hari ini waktu setempat.

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain. 

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.



SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 1,1 basis poin (bps) menjadi 7,28%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 10 Okt'19

Seri

Jatuh tempo

Yield 9 Okt'19 (%)

Yield 10 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar IBPA 9 Okt'19 (%)

FR0077

5 tahun

6.695

6.684

-1.10

6.6633

FR0078

10 tahun

7.271

7.282

1.10

7.2662

FR0068

15 tahun

7.692

7.701

0.90

7.6652

FR0079

20 tahun

7.861

7.862

0.10

7.8499

Sumber: Refinitiv

Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 570 bps, melebar dari posisi kemarin 568 bps. Yield US Treasury 10 tahun turun 1,4 bps hingga 1,57% dari posisi kemarin 1,58%.

Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada yield pasangan seri 3 bulan-5 tahun, 2 tahun-5 tahun, 3 tahun-5 tahun, dan 3 bulan-10 tahun, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.

Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, karena menjadi indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.

Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.

 

Yield US Treasury Acuan 10 Okt'19

Seri

Benchmark

Yield 9 Okt'19 (%)

Yield 10 Okt'19 (%)

Selisih (Inversi)

Satuan Inversi

UST BILL 2019

3 Bulan

1.705

1.708

3 bulan-5 tahun

31.9

UST 2020

2 Tahun

1.475

1.45

2 tahun-5 tahun

6.1

UST 2021

3 Tahun

1.434

1.41

3 tahun-5 tahun

2.1

UST 2023

5 Tahun

1.409

1.389

3 bulan-10 tahun

13.6

UST 2028

10 Tahun

1.587

1.572

2 tahun-10 tahun

-12.2

Sumber: Refinitiv

 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.030,68 triliun SBN, atau 38,64% dari total beredar Rp 2.667 triliun berdasarkan data per 8 Oktober.

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 137,43 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu, investor asing tercatat keluar dari pasar SUN senilai Rp 100 miliar, sedangkan sejak awal bulan masih surplus Rp 1,29 triliun.

Koreksi di pasar surat utang hari ini tidak seperti penguatan yang terjadi di pasar ekuitas dan rupiah di pasar valas, yang masing-masingnya naik tipis 0,05% dan 0,14%.

Dari pasar surat utang negara berkembang dan negara maju, penguatan harga masih terjadi secara umum sehingga yield mayoritas obligasi negara turun.

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 9 Okt'19 (%)

Yield 10 Okt'19 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil

6.99

6.92

-7.00

China

3.119

3.138

1.90

Jerman

-0.555

-0.554

0.10

Prancis

-0.266

-0.255

1.10

Inggris

0.462

0.461

-0.10

India

6.648

6.655

0.70

Jepang

-0.209

-0.198

1.10

Malaysia

3.401

3.403

0.20

Filipina

4.666

4.679

1.30

Rusia

6.85

6.82

-3.00

Singapura

1.641

1.662

2.10

Thailand

1.44

1.5

6.00

Amerika Serikat

1.587

1.573

-1.40

Afrika Selatan

8.24

8.23

-1.00

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA

 


(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular