
Duit Hasil Tax Amnesty Sudah Boleh 'Kabur' Nih, Bahayakah?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 October 2019 12:12

Well, kita harus menempatkannya pada konteks yang tepat. Bukan meremehkan, tetapi jumlah obligasi negara yang beredar di pasar mencapai Rp 2.667,16 triliun per 4 Oktober lalu. Nilai Rp 140,5 triliun 'hanya' sekitar 5% dari itu.
Kemudian di pasar saham, nilai kapitalisasi di Bursa Efek Indonesia per 7 Oktober adalah Rp 6.897 triliun. Angka Rp 140,5 triliun 'cuma' 2,04% dari total kapitalisasi pasar.
Itu kalau mereka keluar semua. Namun kalau keluar, memangnya mau ke mana?
Apabila dana itu keluar untuk tujuan mencari cuan, maka sebaiknya tetap di Indonesia. Saat ini Indonesia masih memberikan imbalan investasi yang menarik.
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun saat ini berada di 7,25%. Amerika Serikat? 1,5854%. Jauh, bak bumi-langit.
Bahkan di antara negara-negara berkembang Asia, yield obligasi Indonesia tetap yang paling seksi. Instrumen serupa di Malaysia punya yield 3,419%, Filipina 4,6%, Thailand 1,495%, bahkan India 6,669%.
Sementara di pasar saham, valuasi Indonesia juga masih rendah sehingga ada potensi untuk terus menguat. Saat ini, Price to Earning Ratio (P/E) Indeks harga Saham Gabungan adalah 15,43 kali. P/E indeks Sensex India adalah 22,31 kali, KLCI Malaysia 17,59 kali, PSEI Filipina 17,32 kali, SE Weighted Index Taiwan 16,36 kali, dan SET Thailand 16,33 kali.
Jadi kalau memang tujuannya mencari keuntungan, ya lebih baik tidak usah meninggalkan Indonesia. Apalagi di tengah tren penurunan suku bunga global, berinvestasi di negara-negara maju semakin tidak menguntungkan.
Kesimpulannya, kita memang harus waspada dengan potensi arus modal keluar gara-gara berakhirnya holding period TA. Namun kalau dipikir-pikir, dampaknya mungkin tidak terlampau signifikan karena dana repatriasi juga relatif mini. Lagipula, apakah benar dana-dana itu mau keluar kalau Indonesia masih memberikan cuan?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps)
Kemudian di pasar saham, nilai kapitalisasi di Bursa Efek Indonesia per 7 Oktober adalah Rp 6.897 triliun. Angka Rp 140,5 triliun 'cuma' 2,04% dari total kapitalisasi pasar.
Itu kalau mereka keluar semua. Namun kalau keluar, memangnya mau ke mana?
Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia seri acuan tenor 10 tahun saat ini berada di 7,25%. Amerika Serikat? 1,5854%. Jauh, bak bumi-langit.
Bahkan di antara negara-negara berkembang Asia, yield obligasi Indonesia tetap yang paling seksi. Instrumen serupa di Malaysia punya yield 3,419%, Filipina 4,6%, Thailand 1,495%, bahkan India 6,669%.
Sementara di pasar saham, valuasi Indonesia juga masih rendah sehingga ada potensi untuk terus menguat. Saat ini, Price to Earning Ratio (P/E) Indeks harga Saham Gabungan adalah 15,43 kali. P/E indeks Sensex India adalah 22,31 kali, KLCI Malaysia 17,59 kali, PSEI Filipina 17,32 kali, SE Weighted Index Taiwan 16,36 kali, dan SET Thailand 16,33 kali.
Jadi kalau memang tujuannya mencari keuntungan, ya lebih baik tidak usah meninggalkan Indonesia. Apalagi di tengah tren penurunan suku bunga global, berinvestasi di negara-negara maju semakin tidak menguntungkan.
Kesimpulannya, kita memang harus waspada dengan potensi arus modal keluar gara-gara berakhirnya holding period TA. Namun kalau dipikir-pikir, dampaknya mungkin tidak terlampau signifikan karena dana repatriasi juga relatif mini. Lagipula, apakah benar dana-dana itu mau keluar kalau Indonesia masih memberikan cuan?
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/hps)
Pages
Most Popular