
Mau Diakuisisi IPTV? Saham KBLV Dihajar ke Bawah & Drop 24,7%
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
07 October 2019 11:26

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan sesi I Bursa Efek Indonesia hari ini (7/10/2019), harga saham PT First Media Tbk (KBLV) mendidiki posisi teratas sebagai saham dengan koreksi paling dalam.
Tercatat per pukul 10:34 WIB, harga saham anak usaha Grup Lippo tersebut membukukan koreksi hingga 24,71% ke level Rp 256/unit saham. Saham KBLV hampir menyentuh batas atu reject bawah, yakni 25%.
Meskipun melemah sangat dalam, nilai transaksi yang dicatatkan perusahaan hanya sebesar Rp 196.600 dengan total volume perdagangan 600 unit.
Terdapat sentimen dari pasar bahwa KBLV dapat menjadi salah satu kandidat sebagai perusahaan yang akan diakuisisi oleh anak usaha Grup MNC, PT MNC Vision Network Tbk (IPTV).
Seperti diketahui, dalam keterbukaan informasi yang dirilis Jumat (4/10/2019) pekan lalu, emiten penyedia siaran televisi berlangganan tersebut membeberkan tengah dalam proses due diligence atau uji tuntas untuk mengakuisisi saham kompetitornya.
"Keberhasilan aksi korporasi ini akan mengacu pada hasil due diligence dan kedua belah pihak mencapai persyaratan komersial yang disepakati bersama," tulis Anthony C. Kartawiria, Corporate Secretary MNC Vision Network dalam keterbukaan informasi, Jumat (4/10/2019).
KBLV menjadi salah satu kandidat karena juga mengoperasikan layanan televisi berbayar melalui afiliasi dengan PT Link Net Tbk (LINK).
Hingga semester I-2019, KBLV masih menorehkan rapor merah dengan membukukan total rugi bersih mencapai Rp 81,77 miliar dari sebelumnya mencatatkan rugi hingga Rp 1,65 triliun pada semester I-2018.
Kerugian yang dicatatkan perusahaan salah satunya disebabkan anjloknya total pemasukan yang diperoleh pada paruh pertama tahun ini. Hingga akhir Juni 2019, pendapatan KBLV anjlok 80,02% secara tahunan menjadi Rp 89,81 miliar dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 449,59 miliar.
Tampaknya dampak hilangnya sebagian besar pendapatan perusahaan dari layanan Broadband Wireless Access (BWA) 4G LTE, PT Internux atau lebih dikenal dengan Bolt, masih terasa.
Hal ini dikarenakan pemasukan dari jasa langganan untuk internet dan layanan komunikasi data terjun bebas 99,46% secara tahunan, dari Rp 370,63 miliar menjadi Rp 2 miliar.
Presiden Direktur Independen KBLV Harian Noerlan sebelumnya menyampaikan bahwa pencabutan izin Bolt mengakibatkan perusahaan kehilangan sekitar 80% pemasukan. Pada 2019, pendapatan diproyeksikan mencapai Rp 220 miliar, merosot 75,58% dibandingkan 2018 senilai Rp 901 miliar.
"Kami akan recovery pelan-pelan, terutama dengan melihat situasi dunia usaha sekarang. Dengan proyeksi pendapatan Rp 220 triliun, kalau harus menutupi kerugian Rp 4,1 triliun, saya rasa tahun ini masih rugi," kata Harianda dalam paparan publik (26/04/2019).
(dwa/dwa) Next Article Kabar Hary Tanoe Mau Caplok LINK, Saham IPTV Meroket
Tercatat per pukul 10:34 WIB, harga saham anak usaha Grup Lippo tersebut membukukan koreksi hingga 24,71% ke level Rp 256/unit saham. Saham KBLV hampir menyentuh batas atu reject bawah, yakni 25%.
Meskipun melemah sangat dalam, nilai transaksi yang dicatatkan perusahaan hanya sebesar Rp 196.600 dengan total volume perdagangan 600 unit.
Terdapat sentimen dari pasar bahwa KBLV dapat menjadi salah satu kandidat sebagai perusahaan yang akan diakuisisi oleh anak usaha Grup MNC, PT MNC Vision Network Tbk (IPTV).
"Keberhasilan aksi korporasi ini akan mengacu pada hasil due diligence dan kedua belah pihak mencapai persyaratan komersial yang disepakati bersama," tulis Anthony C. Kartawiria, Corporate Secretary MNC Vision Network dalam keterbukaan informasi, Jumat (4/10/2019).
KBLV menjadi salah satu kandidat karena juga mengoperasikan layanan televisi berbayar melalui afiliasi dengan PT Link Net Tbk (LINK).
Hingga semester I-2019, KBLV masih menorehkan rapor merah dengan membukukan total rugi bersih mencapai Rp 81,77 miliar dari sebelumnya mencatatkan rugi hingga Rp 1,65 triliun pada semester I-2018.
Kerugian yang dicatatkan perusahaan salah satunya disebabkan anjloknya total pemasukan yang diperoleh pada paruh pertama tahun ini. Hingga akhir Juni 2019, pendapatan KBLV anjlok 80,02% secara tahunan menjadi Rp 89,81 miliar dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 449,59 miliar.
Tampaknya dampak hilangnya sebagian besar pendapatan perusahaan dari layanan Broadband Wireless Access (BWA) 4G LTE, PT Internux atau lebih dikenal dengan Bolt, masih terasa.
Hal ini dikarenakan pemasukan dari jasa langganan untuk internet dan layanan komunikasi data terjun bebas 99,46% secara tahunan, dari Rp 370,63 miliar menjadi Rp 2 miliar.
Presiden Direktur Independen KBLV Harian Noerlan sebelumnya menyampaikan bahwa pencabutan izin Bolt mengakibatkan perusahaan kehilangan sekitar 80% pemasukan. Pada 2019, pendapatan diproyeksikan mencapai Rp 220 miliar, merosot 75,58% dibandingkan 2018 senilai Rp 901 miliar.
"Kami akan recovery pelan-pelan, terutama dengan melihat situasi dunia usaha sekarang. Dengan proyeksi pendapatan Rp 220 triliun, kalau harus menutupi kerugian Rp 4,1 triliun, saya rasa tahun ini masih rugi," kata Harianda dalam paparan publik (26/04/2019).
(dwa/dwa) Next Article Kabar Hary Tanoe Mau Caplok LINK, Saham IPTV Meroket
Most Popular