Pasar Saham Membara, Obligasi Bersuka-cita

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 October 2019 17:46
Pasar Saham Membara, Obligasi Bersuka-cita
Ilustrasi Data Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar obligasi pemerintah Indonesia terlihat semarak pekan ini. Arus modal asing masuk dengan deras sehingga harga obligasi naik dan mendorong penurunan imbal hasil (yield).

Sepanjang pekan ini, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun turun 10,3 basis poin (bps). Penurunan yield juga terjadi di berbagai tenor.




Penurunan yield menandakan harga instrumen ini sedang naik karena tingginya permintaan. Ini memang terjadi, di mana investor asing terus menambah kepemilikan mereka di Surat Berharga Negara (SBN).

Pada 27 September, kepemilikan asing tercatat Rp 1.028,02 triliun. Angka ini bertambah menjadi Rp 1.031,16 triliun.

Padahal pekan ini investor asing menjauh dari pasar saham Indonesia. Sepanjang pekan ini, investor asing membukukan jual bersih Rp 204,73 miliar.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Apa yang membuat investor asing mau masuk ke SBN? Mungkin jawabannya terkait dengan tren kebijakan moneter global.

Perlambatan ekonomi yang bisa saja bertransformasi menjadi resesi membuat bank sentral negara maju bakal menerapkan kebijakan moneter longgar. Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed, misalnya.


Ketua Jerome 'Jay' Powell dan kolega memang sudah menurunkan suku bunga dua kali masing-masing 25 bps. Namun pasar memperkirakan Federal Funds Rate turun dua kali lagi sampai akhir tahun.

Mengutip CME Fedwatch, probabilitas penurunan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan ini mencapai 76,4%. Kemudian Federal Funds Rate diperkirakan turun 25 bps lagi pada Desember, dengan peluang 47,6%.

Artinya, berinvestasi di dolar AS menjadi kurang menarik, terutama di instrumen berpendapatan tetap seperti obligasi. Investor pun keluar mencari aset yang memberikan keuntungan, salah satunya obligasi pemerintah Indonesia.

Saat ini imbal hasil SBN seri acuan tenor 10 tahun berada di 7,23%. Jauh dibandingkan dengan instrumen serupa di AS yang punya yield 1,529%.


TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular