
Saham Volatil, Mau Aman Masukin Duit ke Instrumen Apa?

Jakarta, CNBC Indonesia - Perusahaan manajer investasi, PT PNM Investment Management menyebutkan hingga tahun 2020, reksa dana (RD) pendapatan tetap masih akan menjadi portofolio investasi idaman investor di tengah tren penurunan suku bunga yang diperkirakan masih terus berlanjut.
Investor cenderung terus mengamankan asetnya dari instrumen berisiko tinggi ke risiko rendah di mana jenis RD pendapatan tetap bisa mengakomodasi hasrat investor tersebut.
Analis senior PNM Investment Management Usman Hidayat mengatakan pada tahun ini Bank Indonesia (BI) sudah tiga kali menurunkan suku bunga acuan dari 6% menjadi 5,25%.
Dengan tren suku bunga global yang juga turun, tahun ini BI diperkirakan masih punya peluang menurunkan suku bunga sekali lagi pada tahun ini dan berlanjut tahun depan.
"Sampai akhir tahun dan tahun depan penurunan suku bunga masih akan terjadi. Tapi bukan karena stagnansi ekonomi tapi karena perang dagang [AS-China, AS-Eropa]," kata Usman di kantornya, Jumat (4/10/2019).
Dengan tren penurunan suku bunga yang masih berlanjut ini, dalam jangka pendek-menengah hingga tahun depan, reksa dana pendapatan tetap akan menjadi primadona bagi investor.
Berdasarkan data PNM, sejak awal tahun hingga 13 September 2019, RD pendapatan tetap membukukan pertumbuhan positif dari sisi nilai aktiva bersih (NAB), dibanding NAB RD saham yang justru bergerak negatif.
Dalam periode tersebut, NAB reksa dana pendapatan tumbuh 9,79% dari Rp 107,09 triliun 31 Desember 2018 menjadi Rp 117,57 triliun. Sedangkan NAB reksa dana saham bergerak negatif 4,52% dari Rp 153,77 triliun turun menjadi Rp 146,82 triliun.
"Produk reksa dana yang direkomendasikan lebih fixed income, durasinya lebih panjang," imbuh dia.
Perbankan dan saham IPO
Sementara itu, dari segi portofolio picking, manajer investasi ini masih optimistis dengan pertumbuhan ada sektor perbankan. Tren suku bunga yang terus turun akan mendorong bank-bank membukukan net interest margin (NIM) yang lebih tinggi dan bisa menurunkan beban bunga atau cost of fund.
Portofolio Manager PNM Investment Management Bodi Gautama menambahkan, pihaknya cenderung memilih saham-saham yang berada dalam indeks LQ45 sebagai saham anchor. Artinya saham ini tak aktif diperdagangkan, namun dipilih yang memiliki fundamental kuat.
"Sekarang kita condong ke saham-saham di sektor perbankan, telko dan consumer goods," kata dia di kesempatan yang sama.
Untuk menyeimbangkan portofolionya, Bodi menyebutkan bahwa saham-saham dari perusahaan yang baru mencatatatkan saham perdana (initial public offering/IPO) juga memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Saham ini dipilih sesuai kriteria perusahaan saja, namun aktif ditransaksikan.
"Bisa lihat di pasar saham kan ada fenomena siklikal, seperti window dressing dan January effect, memang pola itu tidak pasti terjadi tapi peluangnya besar utamanya window dressing bisa dimanfaatkan investor karena biasanya saham big caps [emiten kapitalisasi besar] dorong kenaikan indeks," lanjutnya.
Sebagai perbandingan, data Infovesta Utama mencatat, hingga September 2019, kinerja RD pendapatan tetap dan RD pasar uang menjadi jenis reksa dana yang positif pada periode September 2019, sedangkan dua jenis reksa dana lain masih negatif yakni RD saham dan RD campuran.
Kenaikan dua jenis produk itu pada September masing-masing 0,79% dan 0,48%. Pencapaian ini juga sama dengan performa kedua jenis instrumen ini pada Agustus lalu.
RD pendapatan tetap diwakili oleh Infovesta Fixed Income Fund Index 90 dan RD pasar uang dicerminkan oleh Infovesta Money Market Fund 90 keluaran PT Infovesta Utama.
(tas/tas) Next Article Waduh! Hingga Bulan ke-11, Reksa Dana Saham Masih Terkoreksi
