IHSG Rebound! Benarkah Dapen & BPJS Naker Jadi Penyelamat?

tahir saleh, CNBC Indonesia
04 October 2019 14:10
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mencuat kembali alias rebound.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya mencuat kembali alias rebound pada perdagangan Jumat (4/10/2019) setelah dalam 5 hari terakhir amblas. Bahkan dalam 5 hari perdagangan terakhir, data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, net sell bisa mencapai Rp 1,52 triliun di pasar reguler.

Data BEI mencatat, pada sesi II, pukul 13.52 WIB, IHSG naik 0,34% di level 6.059, dengan catatan beli bersih asing (net buy) Rp 195 miliar.

Di sejumlah grup media sosial termasuk WhatsApp, beredar kabar dari pelaku pasar bahwa kejatuhan IHSG dalam 5 hari terakhir mendorong sejumlah lembaga dengan dana kelolaan besar masuk ke pasar untuk menyelamatkan IHSG, di antaranya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan dan dana pensiun.

Benarkah demikian?

Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) menilai kabar ini belum tepat lantaran pelaku industri dana pensiun (dapen) justru tidak banyak yang berani masuk di saham di tengah kondisi saat ini.


Sesuai dengan kebijakan investasi, pada dana pensiun, baik Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) dengan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) maupun DPPK dengan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), cenderung memilih aset investasi dengan risiko yang lebih rendah seperti obligasi dan Surat Berharga Negara (SBN).

"Kondisi saat ini, enggak banyak dapen masuk, pertama tidak sesuai dengan risk appetite, kedua, dari sisi pengelola tidak mau bertaruh dengan risiko yang ada," kata Suheri, kepada CNBC Indonesia, Kamis (3/10/2019).

Dia mengatakan saat ini yang terjadi adalah dapen memilih instrumen lain yang lebih aman yakni obligasi baik obligasi korporasi maupun obligasi negara dalam hal ini SBN. Adapun deposito juga cukup besar yakni mencapai 26%.


Selama ini porsi investasi saham di sebagian besar dapen juga baru sekitar 11-12% dari total inventasi mereka. Porsi tersebut tidak banyak berubah dari tahun-tahun sebelumnya.

"Sebenarnya dapen kalau mau masuk juga duitnya dari mana, ada juga yang nilai sahamnya kan sudah turun."

Sementara itu, di kalangan pelaku pasar juga beredar kabar BPJS Ketenagakerjaan juga mulai aktif masuk ke pasar saham dan membeli saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang terkoreksi dalam. Mayoritas saham-saham bank yang dibeli BPJS Ketenagakerjaan tersebut adalah saham-saham bank, seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

CNBC Indonesia mencoba mencoba mengkonfirmasi hal tersebut kepada Direktur Pengembangan Investasi BPJS Ketenagakerjaan Amran Nasution. Namun Amran tidak bersedia memberikan respons atas hal tersebut.

Pada kesempatan sebelumnya, Direktur Pengembagan Bursa Efek Indonesia Hasan Fawzi menargetkan total dana pensiun yang masuk ke pasar modal bisa mencapai hingga 30% dari total dana kelolaan November 2018 yang mencapai Rp 250 triliun. Untuk itu bursa akan mengadakan kerja sama antara Anggota Bursa (AB) melalui bursa dengan ADPI untuk mencapai target tersebut.

"Kita harap 30% dari yang 100%. Sekarang 11,91% stagnan itu, bahkan sempet 12,1% jadi turun. Mereka sensitif terhadap instrumen jangka pendek. Paradigma long term harus mereka tunjukkan," kata Hasan di Gedung BEI, Jakarta.

Menurut dia, potensi dana kelolaan (asset under management/AUM) dana pensiun untuk masuk ke pasar saham sangat tinggi, apalagi jika institusi ini dibebankan dengan target return minimal 10% per tahun.

Investasi saham dinilai bisa mendongkrak return yang diberikan dari instrumen investasi lain, karena secara jangka panjang pasar saham selalu memberikan return yang tinggi.


(tas/hps) Next Article IHSG Amblas 2 Hari, Dana Pensiun Masih Pede Naik Lagi!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular