Hitung Mundur Deadline Brexit, Poundsterling Naik-Turun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 October 2019 20:23
Perkembangan Brexit ini akan terus menjadi penggerak utama poundsterling dalam hingga akhirnya ada keputusan baru hingga deadline 31 Oktober nanti.
Foto: Pound Sterling (REUTERS/Chris Ratcliffe)
Jakarta, CNBC Indonesia - Poundsterling menguat menjelang dibukanya perdagangan sesi Amerika Serikat (AS) Kamis (3/10/19). Meski demikian mata uang Inggris ini terlihat labil sejak awal pekan, dengan bergerak naik turun, dan pada akhirnya berakhir mendatar atau menguat tipis.

Pada pukul 20:00 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2377 atau menguat 0,63% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelum menguat, poundsterling sempat melemah 0,29%.



Deadline Brexit yang tinggal menghitung hari menjadi penggerak utama poundsterling. 31 Oktober menjadi tenggat waktu yang diberikan oleh Komisi Eropa untuk Inggris keluar dari anggota di Uni Eropa.



Kabar terbaru Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, sudah mengajukan proposal Brexit terbaru kepada Uni Eropa, sebagaimana dilansir Reuters. Sejauh ini belum ada respon dari Komisi Eropa mengenai proposal tersebut.

Reuters mewartakan para analis skeptis proposal yang diajukan tersebut akan diterima Uni Eropa untuk menghindari no-deal Brexit pada 31 Oktober nanti. Meski demikian beberapa hedge fund juga dikatakan mulai menutup posisi jual mereka. Aksi para hedge fund tersebut yang membuat poundsterling menguat pada hari ini.

No-deal Brexit merupakan keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun, dan hal ini merupakan ketakutan paling besar para pelaku pasar. No-deal Brexit diprediksi akan membawa Inggris ke dalam resesi.

Salah satu ganjalan tercapainya kesepakatan antara Inggris dan Uni Eropa adalah adanya backtstop atau kawasan bebas bea cukai di perbatasan Republik Irlandia dengan Irlandia Utara.



Analis dari MUFG mengatakan proposal kali ini akan menjadi monumental bagi Uni Eropa memgenai perbatasan Republik Irlandia dan Irlandia Utara yang selama ini menjadi ganjalan tercapaianya deal Brexit.

"Tapi untuk saat ini, harapan akan adanya terobosan (dari proposal baru) akan menopang penguatan poundsterling, tapi kami melihat penguatan tidak akan berlangsung lama.. Kami melihat adanya risiko penurunan, dan level terlemah September (US$ 1,1959) akan kembali diuji dalam beberapa hari/minggu ke depan" kata analis MUFG sebagaimana dilansir Reuters.

Perkembangan Brexit ini akan terus menjadi penggerak utama poundsterling dalam hingga akhirnya ada keputusan baru hingga deadline 31 Oktober nanti.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular