Prihatin! Selama Ada Demo, Asing Kabur Bawa Dana Rp 2,48 T

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
03 October 2019 11:31
Prihatin! Selama Ada Demo, Asing Kabur Bawa Dana Rp 2,48 T
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Sepanjang aksi demonstrasi yang terjadi sejak 23 September 2019 hingga kemarin (2/10/2019), perdagangan pasar saham Tanah Air mayoritas diwarnai oleh aksi jual bersih oleh investor asing.

Melansir data bursa yang dihimpun oleh RTI Analytics, selama aksi demonstrasi berlangsung investor asing mencatatkan total aksi jual bersih (net sell) mencapai Rp 1,86 triliun di seluruh pasar. Sedangkan untuk pasar reguler saja tercatat total net sell oleh investor asing mencapai Rp 2,48 triliun.



Melansir grafik di atas terlihat bahwa jumlah aksi jual bersih oleh investor asing tertinggi dicatatkan pada tanggal 24 September, yakni hari di mana lautan demo mahasiswa menyerbu gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Aksi demo mahasiswa juga tidak hanya terjadi di Jakarta, tetapi juga di beberapa wilayah di Indonesia.

23 September 2019
Rentetan aksi demonstrasi mahasiswa dimulai pada 23 September 2019 dengan membawa 7 tuntutan, di antaranya menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) KUHP, RUU Pertanahan, RUU Minerba, RUU Permasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan, Revisi UU KPK, hingga menghentikan kriminalisasi aktivis.

Untuk menghindari ditunggangi penumpang gelap, mereka menegaskan tak ada tujuan menjatuhkan Presiden Joko Widodo.

24 September 2019
Aksi demo berlanjut pada 24 September dengan membawa tuntutan yang sama. Demo kali ini menjadi aksi mahasiswa terbesar dengan total peserta diprediksi mencapai 15 ribu orang, mengalahkan jumlah peserta aksi Reformasi 1998.

Menggaungkan tagar reformasi dikorupsi, aksi ini menggema di seluruh Indonesia mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi Selatan, sebanyak ribuan orang.

25 September 2019
Kemudian, tidak disangka-sangka, pada 25 September 2019, para pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang turun ke jalan untuk melanjutkan perjuangan para mahasiswa.

28 September 2019
Demo tidak surut memasuki akhir pekan. Sabtu (28/9/2019) kemarin, giliran alumni 212 yang turun ke jalan MH Thamrin dan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Tapi meski terjadi pada pekan yang sama, demo 212 jelas berbeda dibanding yang lain karena fokus tuntutannya adalah menurunkan Presiden Jokowi dan memulangkan Habib Rizieq.



(BERLANJUT KE HALAMAN DUA)
30 September 2019
Lalu memasuki awal pekan ini, para mahasiswa kembali menyuarakan opininya sebelum pelantikan anggota DPR baru untuk periode 2019-2024. Aksi ini awalnya direncanakan menjadi aksi pamungkas mahasiswa bersama elemen masyarakat lainnya. Kali ini mahasiswa berharap pemerintah dan DPR untuk segera mengambil keputusan terbitkan Perppu untuk mencabut revisi UU KPK.

1 Oktober 2019
Sayangnya aksi demo 30 Sepember batal menjadi aksi pamungkas karena mahasiswa pendemo kembali mendatangi kawasan sekitar gedung DPR pada 1 Oktober 2019 yang bertepatan dengan pelantikan anggota DPR, MPR, dan DPD Periode 2019-2024.

Para mahasiwa membentangkan spanduk yang salah satunya berisi tulisan 'Nyalakan Tanda Bahaya' sebagai ultimatum kepada para anggota parlemen terpilih untuk kedepannya lebih melibatkan rakyat dalam perumusan kebijakan.

2 Oktober 2019
Kemudian kemarin (2/10/2019) giliran para buruh yang menyuarakan pendapatnya di depan gedung DPR dengan membawa 3 tuntutan utama, yaitu menolak revisi UU Ketenagakerjaan, revisi PP Nomor 78 tentang Pengupahan, menolak kenaikan iuran BPJS kesehatan. Demonstrasi buruh tidak berujung rusuh dan hanya berlangsung sekitar 3 jam.

(BERLANJUT KE HALAMAN TIGA) Meskipun demikian, sejatinya tidak hanya sentimen domestik yang menyebabkan investor asing kompak meninggalkan pasar saham Ibu Pertiwi. Sejumlah sentimen global seperti perang dagang dan tensi geopolitik juga menjadi memantik aksi jual pelaku pasar.

Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghapus pencatatan (delisting) saham-saham perusahaan China yang melantai di Wall Street dan membatasi penggunaan dana pensiun pemerintah di pasar keuangan Negeri Tiongkok. Gedung Putih juga dikabarkan mempertimbangkan membatasi bahkan memblokir semua jenis investasi AS di China

Namun, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS Monica Crawley dan Penasihat Dagang Gedung Putih Peter Navarromembantah kabar tersebut.

Lalu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi telah secara resmi mengambil langkah pemakzulan (impeachment) atas Presiden AS Donald Trump karena dituduh menggunakan kekuasaannya untuk mendorong Ukraina menyelidiki keluarga Joe Biden, salah satu rival dalam pemilu presiden AS tahun depan, dilansir dari CNBC International.

Sementara itu dari Negeri Ratu Elizabeth, Mahkamah Agung Inggris telah memutuskan bahwa keputusan Perdana Menteri Boris Johnson untul menangguhkan parlemen adalah melanggar hukum. Aksi Boris tersebut membuat beberapa anggota parlemen dari partai opsisi memintanya untuk mundur dari jabatan.

Kemudian, rilis data ekonomi terbarumeningkatkan kekhawatiran atas ancaman resesi yang berpeluang menghampiri AS.

Institute for Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1. Yang lebih parah, skor 47,8 adalah capaian terendah Negeri Paman Sam sejak Juni 2009.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular