
Prihatin! Selama Ada Demo, Asing Kabur Bawa Dana Rp 2,48 T
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
03 October 2019 11:31

Meskipun demikian, sejatinya tidak hanya sentimen domestik yang menyebabkan investor asing kompak meninggalkan pasar saham Ibu Pertiwi. Sejumlah sentimen global seperti perang dagang dan tensi geopolitik juga menjadi memantik aksi jual pelaku pasar.
Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghapus pencatatan (delisting) saham-saham perusahaan China yang melantai di Wall Street dan membatasi penggunaan dana pensiun pemerintah di pasar keuangan Negeri Tiongkok. Gedung Putih juga dikabarkan mempertimbangkan membatasi bahkan memblokir semua jenis investasi AS di China
Namun, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS Monica Crawley dan Penasihat Dagang Gedung Putih Peter Navarromembantah kabar tersebut.
Lalu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi telah secara resmi mengambil langkah pemakzulan (impeachment) atas Presiden AS Donald Trump karena dituduh menggunakan kekuasaannya untuk mendorong Ukraina menyelidiki keluarga Joe Biden, salah satu rival dalam pemilu presiden AS tahun depan, dilansir dari CNBC International.
Sementara itu dari Negeri Ratu Elizabeth, Mahkamah Agung Inggris telah memutuskan bahwa keputusan Perdana Menteri Boris Johnson untul menangguhkan parlemen adalah melanggar hukum. Aksi Boris tersebut membuat beberapa anggota parlemen dari partai opsisi memintanya untuk mundur dari jabatan.
Kemudian, rilis data ekonomi terbarumeningkatkan kekhawatiran atas ancaman resesi yang berpeluang menghampiri AS.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1. Yang lebih parah, skor 47,8 adalah capaian terendah Negeri Paman Sam sejak Juni 2009.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
Presiden AS Donald Trump mengancam akan menghapus pencatatan (delisting) saham-saham perusahaan China yang melantai di Wall Street dan membatasi penggunaan dana pensiun pemerintah di pasar keuangan Negeri Tiongkok. Gedung Putih juga dikabarkan mempertimbangkan membatasi bahkan memblokir semua jenis investasi AS di China
Namun, Juru Bicara Kementerian Keuangan AS Monica Crawley dan Penasihat Dagang Gedung Putih Peter Navarromembantah kabar tersebut.
Sementara itu dari Negeri Ratu Elizabeth, Mahkamah Agung Inggris telah memutuskan bahwa keputusan Perdana Menteri Boris Johnson untul menangguhkan parlemen adalah melanggar hukum. Aksi Boris tersebut membuat beberapa anggota parlemen dari partai opsisi memintanya untuk mundur dari jabatan.
Kemudian, rilis data ekonomi terbarumeningkatkan kekhawatiran atas ancaman resesi yang berpeluang menghampiri AS.
Institute for Supply Management (ISM) melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1. Yang lebih parah, skor 47,8 adalah capaian terendah Negeri Paman Sam sejak Juni 2009.
TIM RISET CNBC INDONESIA (dwa/dwa)
Pages
Most Popular