
Kuartal 3 Nyaris Tak Ada Inflasi, Masyarakat RI Sedang Susah?

Dalam beberapa waktu terakhir, saham-saham konsumer babak belur dihajar pelaku pasar. Pada penutupan perdagangan kemarin, Rabu (2/10/2019), indeks sektor barang konsumsi ambruk sebesar 1,16%, menandai koreksi selama empat hari beruntun. Jika ditotal, koreksi dalam empat hari tersebut adalah sebesar 2,25%.
Anggapan bahwa deflasi di bulan September merupakan konfirmasi dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia menjadi faktor yang memantik aksi jual atas saham-saham konsumer dalam beberapa hari terakhir.
Namun, mengingat secara keseluruhan bisa dikatakan bahwa daya beli masyarakat Indonesia tetap kuat, bisa jadi aksi jual atas saham-saham konsumer tersebut berlebihan (overdone).
Kedepannya, saham-saham konsumer bisa mencetak rebound dan memberikan keuntungan bagi para pelaku pasar. Apalagi, secara historis memang bulan Oktober terbilang sebagai bulan yang baik untuk masuk ke pasar saham tanah air.
Secara rata-rata dalam lima tahun terakhir (2014-2018), dalam 12 bulan yang terdapat dalam satu tahun kalender, ada tujuh bulan di mana Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan imbal hasil positif, salah satunya bulan Oktober. Secara rata-rata dalam lima tahun terakhir, IHSG membukukan imbal hasil sebesar 1% secara bulanan pada bulan Oktober.
Dalam lima tahun terakhir, IHSG tercatat melemah dua kali secara bulanan pada bulan Oktober, yakni pada tahun 2014 (-0,93%) dan 2018 (-2,42%), sementara di tiga tahun sisanya IHSG membukukan penguatan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
