
BI Ramal Inflasi Mei Cuma 0,09%, Daya Beli Terganggu?
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
28 May 2020 14:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan laju inflasi pada Mei 2020 relatif terkendali. Awalnya diperkirakan terjadi deflasi, tetapi sampai pekan keempat ternyata masih ada deflasi meski tipis saja.
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) sampai minggu keempat, kami perkirakan pada Mei inflasi sangat rendah yaitu 0,09% month-to-month. Secara tahunan adalah 2,21%," kata Perry Warjiyo. Gubernur BI, dalam briefing Perkembangan Ekonomi Terkini, Kamis (28/5/2020).
Pada pekan-pekan sebelumnya, BI sempat memperkirakan ada deflasi pada Mei. Namun inflasi 0,09% pun cukup memprihatinkan karena momentum Ramadan-Idul Fitri gagal mendongkrak konsumsi.
Ini tidak lepas dari pandemi virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) yang membuat pemerintah terpaksa membatasi aktivitas masyarakat melalui Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Ketika masyarakat diimbau untuk #dirumahaja, maka permintaan akan sangat terbatas.
"Termasuk dari sisi pendapatan. Jadi inflasi dari permintaan itu rendah," ujar Perry.
Faktor lain yang membuat inflasi rendah, lanjut Perry, adalah penurunan. harga komoditas di pasar global. Hasilnya, inflasi akibat impor (imported inflation) pun rendah.
Faktor selanjutnya adalah nilai tukar rupiah yang bergerak stabil cenderung menguat. Dalam sebulan terakhir, penguatan rupiah mencapai 4,18%. Sementara sejak awal kuartal II-2020, penguatan rupiah begitu luar biasa yaitu 10%.
"Keempat adalah terjaganya ekspektasi inflasi, menunjukkan koordinasi antara pemerintah dan BI sehingga harga barang terkendali," kata Perry.
(aji/aji) Next Article Inflasi Mei, Penurunan Daya Beli Harus Diwaspadai
"Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) sampai minggu keempat, kami perkirakan pada Mei inflasi sangat rendah yaitu 0,09% month-to-month. Secara tahunan adalah 2,21%," kata Perry Warjiyo. Gubernur BI, dalam briefing Perkembangan Ekonomi Terkini, Kamis (28/5/2020).
Pada pekan-pekan sebelumnya, BI sempat memperkirakan ada deflasi pada Mei. Namun inflasi 0,09% pun cukup memprihatinkan karena momentum Ramadan-Idul Fitri gagal mendongkrak konsumsi.
"Termasuk dari sisi pendapatan. Jadi inflasi dari permintaan itu rendah," ujar Perry.
Faktor lain yang membuat inflasi rendah, lanjut Perry, adalah penurunan. harga komoditas di pasar global. Hasilnya, inflasi akibat impor (imported inflation) pun rendah.
Faktor selanjutnya adalah nilai tukar rupiah yang bergerak stabil cenderung menguat. Dalam sebulan terakhir, penguatan rupiah mencapai 4,18%. Sementara sejak awal kuartal II-2020, penguatan rupiah begitu luar biasa yaitu 10%.
"Keempat adalah terjaganya ekspektasi inflasi, menunjukkan koordinasi antara pemerintah dan BI sehingga harga barang terkendali," kata Perry.
(aji/aji) Next Article Inflasi Mei, Penurunan Daya Beli Harus Diwaspadai
Most Popular