Analisis

Sebulan Anjlok 4,53%, Kapan Harga Emas Naik Lagi?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 October 2019 13:46
Sebulan Anjlok 4,53%, Kapan Harga Emas Naik Lagi?
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia masih menjalani tren koreksi. Namun apakah ada harapan harga sang logam mulia kembali naik?

Pada Rabu (2/10/2019) pukul 12:35 WIB, harga emas dunia berada di US$ 1.476,11/troy ons. Turun 0,17% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Nestapa harga emas belum berhenti hari ini. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas ini amblas 1,8% sementara selama sebulan ke belakang penurunannya mencapai 4,53%.

Akan tetapi, masih ada harapan harga emas berbalik menguat. Apalagi kekhawatiran resesi di Amerika Serikat (AS) kembali muncul setelah rilis data aktivitas manufaktur.

Institute fo Supply Management melaporkan angka Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur AS periode September berada di 47,8. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,1.

Angka PMI di bawah 50 menunjukkan industriawan tidak melakukan ekspansi. Selain itu, skor 47,8 adalah yang terendah sejak Juni 2009.


Hasil survei Reuters pada September menunjukkan probabilitas resesi AS dalam waktu 12 bulan ke depan adalah 30%. Tidak berubah dibandingkan posisi bulan sebelumnya.

Sementara kans AS mengalami resesi pada 24 bulan ke depan berdasarkan polling September adalah 45%. Juga sama seperti posisi Agustus.

Ketika kecemasan akan resesi semakin tinggi, maka instrumen aman (safe haven) seperti emas akan kebanjiran peminat. Kenaikan permintaan tentu akan berbanding lurus dengan harga.

Selain itu, prospek kenaikan harga emas bisa datang dari kebijakan moneter Negeri Paman Sam. Bank Sentral AS The Federal Reserve/The Fed memang sudah menurunkan suku bunga acuan dua kali.

Namun dot plot The Fed menunjukkan masih ada kemungkinan untuk penurunan sekali lagi. Apalagi kalau kemudian data-data ekonomi AS terus memburuk, pertanda stimulus moneter semakin dibutuhkan.

The Federal Reserve

Saat Federal Funds Rate turun, maka berinvestasi di dolar AS menjadi kurang mengutungkan. Mata uang Negeri Adidaya akan mengalami tekanan jual sehingga nilai tukarnya melemah.

Emas adalah komoditas yang dihargai dalam dolar AS. Apabila dolar AS melemah, maka harga emas menjadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan naik, dan harga ikut terkerek.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)


Emas Akhirnya Ambil Nafas, Siap Untuk Menguat Lagi?Grafik: Emas (XAU/USD) Harian 
Sumber: investing.com

Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD bergerak di bawah rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru) dan MA 21 hari (garis merah), tetapi masih di atas MA 125 hari (garis hijau).

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) bergerak sudah masuk ke wilayah negatif. Histogram di wilayah negatif yang semakin dalam. Indikator tersebut menunjukkan tekanan turun bagi emas mulai membesar.

Emas Akhirnya Ambil Nafas, Siap Untuk Menguat Lagi?Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com

Pada time frame 1 jam, emas bergerak di kisaran MA 8 dan MA 21 tetapi di bawah MA 125. Indikator stochastic sudah masuk ke wilayah jenuh jual (oversold). 

Emas bergerak di bawah US$ 1.476/troy ons, selama tertahan di bawah level tersebut emas berpotensi turun ke US$ 1.471/troy ons. 

Melihat indiktor stochastic yang oversold, emas memiliki peluang rebound. Penembusan kembali ke atas US$ 1.476 akan membawa harga naik ke US$ 1.480/troy ons. 

Peluang ke area US$ 1.484 sampai US$ 1.490/troy ons menjadi terbuka jika emas mampu menembus konsisten ke atas US$ 1.480/troy ons. Sebaliknya jika US$ 1.471/troy ons ditembus ke bawah, logam mulia ini berpotensi turun ke US$ 1.467/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA 



(pap/pap) Next Article Jangan Tunda, Yuk Mulai Investasi Emas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular