Sejak Ramai Demo, IHSG Anjlok 3% dan Rupiah Amblas Nyaris 2%!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
02 October 2019 08:04
Sejak Ramai Demo, IHSG Anjlok 3% dan Rupiah Amblas Nyaris 2%!
Demo Mahasiswa di Gedung DPR (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Akhir-akhir ini, seolah tiada hari tanpa demonstrasi. Saban hari, entah itu mahasiswa, pelajar, buruh, dan berbagai elemen lainnya rutin menyuarakan pendapat. Dalam demokrasi, kebebasan berekspresi dijamin oleh konstitusi jadi tidak ada yang salah kalau mau berdemonstrasi.

Sejumlah isu yang menjadi sorotan para demonstran adalah pelemahan terhadap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), penolakan Rancangan Kitab Undang-undang Hukum Pidana (RUKHP), kebakaran hutan dan lahan, situasi Papua yang memanas, dan sebagainya. Masyarakat menilai pemerintah dan DPR lambat bahkan tidak mendengar suara mereka terhadap isu-isu besar itu.


Well, demonstrasi adalah hak dan negara wajib melindunginya. Namun masalahnya adalah terkadang aksi damai bisa berujung pada kericuhan.

Misalnya dua hari lalu. Aksi yang berlangsung aman dan damai berganti menjadi kekerasan dan perusakan terhadap sejumlah fasilitas umum. Jadi risiko gangguan keamanan memang bakal melekat selama keresahan sosial (social unrest) ini belum tertangani dengan tuntas.

Demonstrasi tidak hanya berdimensi sosial-politik-keamanan, tetapi juga ekonomi. Ketika demonstrasi berubah menjadi aksi kekerasan dan vandalisme, dunia usaha tentu cemas. Kerugian tidak dapat dihindari.


Tidak cuma pengusaha sektor riil, pelaku pasar keuangan tentu kurang nyaman ketika situasi sosial-politik-keamanan terus memanas. Tidak heran investor (terutama asing) cenderung meninggalkan Indonesia selama periode penuh keresahan akhir-akhir ini.

Akibatnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terdepresiasi. Demokrasi memang gaduh, tetapi kadang kegaduhan itu sulit diterima oleh pelaku pasar.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)



Bisa dibilang titik mula dari keresahan masyarakat adalah pada 13 September. Kala itu, Komisi III DPR sepakat bulat menetapkan Firli Bahuri sebagai Ketua KPK.

Firli dianggap sebagai calon bermasalah oleh publik. Wakil Ketua KPK Saut Situmorang pernah mengatakan bahwa Firli terbukti melakukan pelanggaran etik ketika menjadi Deputi Penindakan di Kuningan.

Baca: September Membara, Ini Rentetan Gelombang Aksi di RI

Sejak saat itu, masalah demi masalah berdatangan. Langkah DPR yang mengesahkan Undang-undang KPK yang dianggap melemahkan komisi anti rasuah kian mengaduk-aduk emosi publik. Plus pembahasan RKUHP yang dinilai begitu dikebut seolah kejar setoran, padahal masih ada pasal-pasal kontroversial.

Kegaduhan tidak terhindarkan. Demo berjilid-jilid terjadi di Jakarta dan kota-kota lainnya. Bahkan sampai jatuh korban nyawa.

Merespons kisruh tersebut, investor yang tidak nyaman memilih keluar dari pasar saham Indonesia. Sejak 13 September hingga kemarin, investor asing hampir selalu membukukan jual bersih. Hanya sekali, yaitu 26 September, terjadi beli bersih.



Akibatnya, IHSG tidak bisa menghindari koreksi bahkan lumayan dalam. Selama 13 September-1 Oktober, IHSG amblas 3,1% secara point-to-point.

 

Tidak hanya di pasar saham, tekanan juga terjadi di pasar obligasi pemerintah. Sepanjang 13 September-1 Oktober, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah seri acuan tenor 10 tahun naik 9,8 basis poin. Kenaikan yield menandakan harga instrumen ini turun karena maraknya aksi jual.



Minimnya 'darah' di pasar keuangan membuat rupiah juga ikut melemah di hadapan dolar AS. Pada 13 September-2 Oktober, rupiah melemah 1,76%.



Kebebasan berekspresi dan menyatakan pendapat memang dilindungi oleh konstitusi. Namanya demokrasi pasti gaduh, karena suara rakyat adalah segalanya.

Namun kalau bisa demonstrasi jangan sampai mengancam keamanan negara. Perusakan, kekerasan, apalagi sampai korban jiwa tidak perlu terjadi. Sebab kalau sekedar menyuarakan pendapat secara demokratis, investor pasti mengerti dan tidak akan lari.



TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular