Memasuki Oktober, Baiknya Beli atau Jualan Saham ya?

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 October 2019 06:41
Angka Inflasi Konfirmasi Lemahnya Daya Beli?
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Pertama, ada rilis angka inflasi yang dijadwalkan pada hari ini, Selasa (1/10/2019), oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Konsensus yang dihimpun oleh CNBC Indonesia memproyeksikan pada bulan September justru terjadi deflasi sebesar 0,15% secara bulanan (month-on-month/MoM), sementara inflasi secara tahunan (year-on-year/YoY) diproyeksikan berada di level 3,52%.

Jika benar ada deflasi pada bulan lalu, maka akan menandai deflasi pertama sejak bulan Februari.

Pada perdagangan kemarin, pelaku pasar sudah terlihat grogi dalam menantikan rilis angka inflasi. Pada perdagangan kemarin, indeks sektor barang konsumsi terkoreksi 0,45%, menjadikannya sektor dengan kontribusi negatif terbesar kedua bagi IHSG setelah indeks sektor jasa keuangan yang melemah 0,88%.

Memang, ada beberapa hal yang bisa menjelaskan terjadinya deflasi seperti kehadiran musim panen dan turunnya harga emas dunia.

Namun begitu, dikhawatirkan bahwa adanya deflasi justru mempertegas lemahnya daya beli masyarakat Indonesia. Sebelumnya pada periode Agustus 2019, BPS mencatat terjadi inflasi 0,12% secara bulanan, sementara inflasi secara tahunan berada di level 3,49%.

Capaian tersebut berada di bawah konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan inflasi secara bulanan berada di level 0,16% dan inflasi secara tahunan berada di level 3,54%.

Rilis angka inflasi yang berada di bawah ekspektasi mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada di level yang relatif rendah.

Lebih lanjut, tanda-tanda lemahnya daya beli masyarakat juga ditunjukkan oleh indikator lain. Melansir Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia (BI), penjualan barang-barang ritel periode Juli 2019 tercatat hanya tumbuh sebesar 2,4% secara tahunan, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada periode yang sama tahun lalu (Juli 2018) yang sebesar 2,9%.

Untuk bulan Agustus, angka sementara menunjukkan bahwa penjualan barang-barang ritel hanya tumbuh 3,7% YoY, jauh di bawah pertumbuhan pada Agustus 2018 yang mencapai 6,1%.

Sebagai catatan, sudah sedari Mei 2019 pertumbuhan penjualan barang-barang ritel tak bisa mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Bahkan pada bulan Juni, penjualan barang-barang ritel terkontraksi 1,8% secara tahunan. Pada Juni 2018, diketahui ada pertumbuhan sebesar 2,3%.

 

BERLANJUT KE HALAMAN 3 -> Sudah Dingin, AS-China Kini Panas Lagi

(ank)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular