Emas Amblas, Tapi Diramal Bisa Naik Lagi ke US$1.600/troy ons

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 September 2019 20:42
Emas Amblas, Tapi Diramal Bisa Naik Lagi ke US$1.600/troy ons
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia amblas di pasar spot pada perdagangan Jumat (27/9/19) akibat harapan akan adanya kesepakatan dagang Amerika Serikat (AS) dengan China semakin membuncah. Pada pukul 20:23 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.487,40/troy ons atau melemah 1,21%, berdasarkan data Refinitiv. 

Harapan akan adanya damai dagang membuncah setelah pada Selasa (24/9/19) waktu setempat, Presiden AS Donald Trump, mengatakan kesepakatan dagang dengan China akan segera terjadi, bahkan lebih cepat dari perkiraan pasar.

"Mereka (China) ingin membuat kesepakatan, dan itu bisa terjadi lebih cepat dari yang Anda duga. Saya bersikap baik kepada mereka, dan kami melakukan pembicaraan yang positif. China mulai membeli kembali produk agrikultur kami seperti daging sapi dan babi, banyak sekali daging babi," ungkap Trump di New York, seperti diberitakan Reuters.



Pernyataan Trump tersebut dikuatkan dengan komentar dari Juru Bicara Kementerian Perdagangan China yang mengatakan bahwa Beijing telah membeli kedelai dan daging babi asal AS dalam jumlah yang cukup besar menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara.

Pengumuman itu merupakan sebuah perubahan sikap yang signifikan dari pihak China, mengingat pada bulan lalu Beijing memutuskan untuk menghentikan seluruh pembelian produk agrikultur asal AS.



Negosiasi dagang tingkat tinggi antara AS dan China di Washington akan digelar pada tanggal 10 dan 11 Oktober mendatang, seperti dilansir dari CNBC International yang mengutip tiga orang sumber yang mengetahui masalah tersebut. Salah seorang sumber menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi dari China.

Kesepakatan dagang antara kedua negara tentunya menjadi kabar bagus bagi pasar finansial. Pertumbuhan ekonomi AS dan China akan kembali bangkit, dan tentu saja diikuti pertumbuhan ekonomi global.

Ketika ekonomi kembali bangkit, maka daya tarik emas sebagai aset aman (safe haven) akan menurun.

Selain perundingan dagang, proses pemakzulan Presiden Trump yang sedang berlangsung juga mempengaruhi pergerakan emas. Komite Intelijen DPR AS pada Kamis kemarin sudah merilis dokumen aduan yang mencurigai Presiden Trump menggunakan kekuasaannya untuk meminta negara asing ikut campur dalam Pemilu 2020.



Sepanjang sejarah AS, ada tiga kali proses pemakzulan dan belum pernah ada Presiden yang dilengserkan dari jabatannya. Andrew Johnson dan Bill Clinton merupakan dua presiden yang pernah mengalami proses pemakzulan, tetapi mereka tetap menduduki jabatannya sebagai Presiden AS hingga akhir masa jabatan.

Ada lagi Richard Nixon yang mengalami proses sama akibat skandal Watergate tapi Nixon mengundurkan diri sebelum proses pemakzulan masuk ke tahap voting. Meski demikian, tetap saja proses pemakzulan Trump menambah ketidakpastian di pasar yang membuat permintaan emas masih cukup tinggi.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Hasil perundingan dagang AS-China bulan depan bisa jadi akan menentukan arah pergerakan emas setidaknya dalam jangka menengah. Meski saat ini asa damai dagang sedang meninggi, tetapi berkaca pada sejarah perundingan kedua negara yang selalu berujung eskalasi perang dagang tentunya membuat pelaku pasar juga berhati-hati.

Selama kesepakatan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia ini belum tercapai, harga emas diramal masih bisa menguat kembali. 

"Naik turunnya harga emas belakangan ini tidak terlepas dari konflik dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok yang berkepanjangan. Negosiasi dagang yang dilakukan hingga saat ini pun masih belum berujung pada kesepakatan" kata Ariston Tjendra, Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, salah satu perusahaan pialang (broker) berjangka di Indonesia. 

"Masing-masing pihak memperlihatkan gestur yang berubah-ubah yang memberikan keraguan ke pasar bahwa negosiasi dagang akan berakhir dengan kesepakatan yang dapat diterima oleh kedua belah pihak" tambah Ariston. 

Selain melihat isu-isu yang bisa menggerakkan harga emas, Ariston juga memprediksi pergerakan harga emas dengan analisis teknikal, dan melihat adanya peluang penguatan menuju US$ 1.600/troy ons. 

Foto: Dok. Ariston Tjendra/Monex Trader 

"Dari struktur harga emas yang terjadi saat ini, harga masih membuka peluang untuk naik. Pada grafik harian, kita bisa melihat pergerakan naik sejak 31 Mei 2019 terus membentuk struktur level tertinggi dan level terendah yang lebih tinggi (Higher High/HH & Higher Low/HL). Dan sekarang puncaknya ada di kisaran US$1556/troy ons, yang terbentuk tanggal 4 September 2019"

Dari pola yang terbentuk tersebut Ariston melihat harga emas mulai melakukan konsolidasi ke bawah tapi masih belum bisa menembus ke bawah support (tahanan bawah) penting US$1480/troy ons, yang juga menjadi potensi target pelemahan harga emas saat ini. 

Level support tersebut dikatakan menjadi level kunci yang bisa mengubah arah pergerakan emas ke bawah. Selama US$ 1.480 tidak ditembus, ia melihat peluang harga emas akan menguji kembali level tinggi US$1.556 dan selanjutnya mengarah ke kisaran US$1.575 dan pada akhirnya ke US$1.600/troy ons.

Sebaliknya, jika level kunci berhasil ditembus, Ariston memberikan potensi target turun ke kisaran U$$1.460 dan selanjutnya ke US$1.430/troy ons.


TIM RISET CNBC INDONESIA 


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular