Lega! Babak Belur 4 Hari, Rupiah Akhirnya Menguat Juga

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 September 2019 17:23
Lega! Babak Belur 4 Hari, Rupiah Akhirnya Menguat Juga
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Kurs rupiah akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Jumat (27/9/19), dengan demikian mata uang Garuda berhasil memutus rentetan pelemahan dalam 4 hari berturut-turut.

Rupiah mengakhiri perdagangan di level Rp 14.160/US$, menguat 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Perjalanan rupiah hari ini tidak mulus, bahkan tertekan sepanjang perdagangan. Dibuka melemah 0,4% di level Rp 14.180/US$, setelahnya hingga tengah hari rupiah terus tertekan hingga ke level Rp 14.195/US$.




Baru selepas tengah hari, rupiah mulai bangkit, terus menipiskan pelemahan hingga stagnan di level Rp 14.175/US$. Setelah itu, 30 menit sebelum perdagangan dalam negeri ditutup, rupiah akhirnya mencicipi zona hijau dan mampu dipertahankan hingga akhir perdagangan.

Hingga pukul 16:00 WIB, mayoritas mata uang Asia menguat pada perdagangan hari ini, peso Filipina memimpin penguatan sebesar 0,42%, disusul dengan rupee India sebesar 0,25%, ringgit Malaysia melengkapi tiga besar dengan menguat 0,17%.

Berikut pergerakan dolar AS terhadap mata uang utama Asia hari ini.



(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Sejak awal pekan ini rupiah terus mengalami tekanan. Demonstrasi yang berlangsung di berbagai daerah di Indonesia selama 2 hari membuat mata uang Garuda melemah masuk ke zona merah.

Mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat sipil menyuarakan aspirasi seputar penolakan terhadap RUU KUHP, RUU Pertanahan, pelemahan KPK, kebakaran hutan dan lahan, penanganan konflik Papua, dan sebagainya.

Saat situasi sosial-politik-keamanan sedang kurang kondusif, pelaku pasar tentu merasa kurang nyaman. Investor tentu lebih memilih bersikap wait and see atau memutuskan untuk keluar dulu sembari menunggu situasi tenang kembali.

Babak Belur Selama Empat Hari, Rupiah Akhirnya Menguat JugaFoto: Sejumlah massa dari Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI) menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedumgng Parlemen DPR/MPR, Jakarta, Jumat (27/9/2019). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Sejak Rabu kemarin, situasi di dalam negeri mulai tenang, tetapi munculnya rencana pemakzulan Presiden AS Donald Trump membuat sentimen pelaku pasar kembali memburuk, bursa saham berguguran, serta memberikan tekanan ke rupiah. 

Kala sentimen pelaku pasar memburuk, aset-aset berisiko dan berimbal hasil tinggi akan dihindari, dan aset-aset aman (safe haven) menjadi investasi favorit. 


Sejak Rabu, dolar AS juga sedang perkasa dan berlanjut hingga hari ini, Dampaknya rupiah tidak sanggup bangkit. 

Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan mata uang Paman Sam, pada hari Rabu menguat 0,71%, kemudian Kamis kemarin naik 0,1%, dan hari ini masih perkasa menguat 0,08% di level 99,20. Posisi saat ini juga tidak jauh dari 99,37 yang merupakan titik terkuat lebih dari dua tahun terakhir yang dicapai pada 3 September lalu. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3) 
Seperti diwartakan CNBC International yang mengutip dari tiga orang sumber, negosiasi dagang tingkat tinggi antara AS dan China di Washington akan digelar pada tanggal 10 dan 11 Oktober mendatang, Salah seorang sumber menyebut bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He akan memimpin delegasi dari China. 

Sebelum pemberitaan ini dipublikasikan oleh CNBC International, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China mengatakan bahwa Beijing telah membeli kedelai dan daging babi asal AS dalam jumlah yang cukup besar menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara.


Pengumuman ini merupakan sebuah perubahan sikap yang signifikan dari pihak China, mengingat pada bulan lalu Beijing memutuskan untuk menghentikan seluruh pembelian produk agrikultur asal AS.

Selain itu Presiden Trump juga mengatakan kesepakatan dagang dengan China akan segera terjadi, bahkan lebih cepat dari perkiraan pasar. 

"Mereka (China) ingin membuat kesepakatan, dan itu bisa terjadi lebih cepat dari yang Anda duga. Saya bersikap baik kepada mereka, dan kami melakukan pembicaraan yang positif. China mulai membeli kembali produk agrikultur kami seperti daging sapi dan babi, banyak sekali daging babi," ungkap Trump di New York, seperti diberitakan Reuters.

Harapan akan adanya damai dagang membuat sentimen pelaku pasar membaik, mayoritas bursa saham global menguat dalam dua hari sebelumnya, termasuk Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Membaiknya sentimen pelaku pasar seharusnya juga mendongkrak kinerja rupiah, tetapi nyatanya Mata Uang Garuda malah mencatat pelemahan empat hari beruntun hingga Kamis kemarin. 

Pada hari ini, rupiah dan IHSG kembali tidak seirama, rupiah berhasil menguat, sementara IHSG malah melemah. 

Dalam empat hari sebelumnya, total rupiah melemah lebih dari 1%, pelemahan yang cukup signifikan, dan tentunya memicu aksi ambil untung (profit taking) yang bisa menguatkan rupiah. 

Selain itu tidak menutup kemungkinan ada intervensi dari Bank Indonesia (BI) untuk menstabilkan kurs rupiah agar tidak melemah terlalu cepat. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular