Jika Tak Lekas Pulih, IHSG akan Melemah 5 Hari Beruntun!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
25 September 2019 12:51
Jika Tak Lekas Pulih, IHSG akan Melemah 5 Hari Beruntun!
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini, Rabu (25/9/2019), dengan koreksi sebesar 0,26% ke level 6.121,49, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyaris tak pernah merasakan manisnya zona hijau. Per akhir sesi satu, koreksi IHSG telah sedikit bertambah dalam menjadi 0,27% ke level 6.120,83.

Jika pelemahan IHSG bertahan hingga akhir perdagangan, maka akan menandai koreksi selama lima hari beruntun.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam menekan kinerja IHSG di antaranya: PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (-1,43%), PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk/INTP (-5,62%), PT Semen Indonesia Tbk/SMGR (-4,89%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,69%), dan PT Astra International Tbk/ASII (-0,77%).

Kinerja IHSG senada dengan seluruh bursa saham utama kawasan Asia yang sedang kompak ditransaksikan di zona merah: indeks Nikkei turun 0,36%, indeks Shanghai jatuh 0,57%, indeks Hang Seng terkoreksi 0,95%, indeks Straits Times melemah 0,63%, dan indeks Kospi berkurang 0,93%.

Bursa saham Benua Kuning melemah kala asa damai dagang AS-China sejatinya cukup terasa. Kemarin pagi waktu Indonesia (24/9/2019), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan bahwa batalnya kunjungan delegasi China ke ladang pertanian di AS merupakan inisiasi dari pihak AS.

"Itu sebenarnya merupakan permintaan dari kami sehingga mereka menundanya (kunjungan ke ladang pertanian di AS)," kata Mnuchin, dilansir dari CNBC Internasional.

Mantan bankir Goldman Sachs tersebut juga mengungkapkan bahwa pihak China akan menjadwalkan ulang kunjungan ke ladang pertanian di AS.

"Mereka akan mengatur ulang kunjungan itu untuk lain waktu. Waktunya tidak pas, tetapi itu murni karena permintaan kami."

Sekedar mengingatkan, sebelumnya terdapat kekhawatiran bahwa AS dan China akan sulit untuk meneken kesepakatan dagang dalam waktu dekat.

Kekhawatiran tersebut muncul pasca delegasi China membatalkan kunjungan ke ladang pertanian di AS. Sejatinya, kunjungan tersebut dijadwalkan pasca kedua belah pihak selesai melakukan perbincangan selama dua hari di Washington pada hari Kamis (19/9/2019) dan Jumat (20/9/2019).

Dalam negosiasi setingkat wakil menteri yang berlangsung selama dua hari tersebut, delegasi China dipimpin oleh Liao Min selaku Deputi Direktur dari Office of the Central Commission for Financial and Economic Affairs dan juga Wakil Menteri Keuangan China. Sementara itu, AS mengutus Jeffrey Gerrish selaku Deputi Kantor Perwakilan Dagang AS.

Pelaku pasar berspekulasi bahwa perbincangan di Washington tak berlangsung dengan mulus sehingga delegasi China memilih untuk kembali ke negara asalnya lebih cepat dari yang dijadwalkan.

Sebelum Mnuchin menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi, pihak China sudah terlebih dulu mencoba meredam kekhawatiran yang beredar dengan mengatakan bahwa perbincangan pada pekan lalu di AS berlangsung dengan konstruktif, dilansir dari Bloomberg.

Kini, pelaku pasar tampak menantikan perkembangan lebih lanjut yang lebih konkret terkait dengan kesepakatan dagang kedua negara. Alhasil, aksi jual dilakukan di bursa saham Asia.

Apalagi, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang kurang mengenakan hati pelaku pasar. Presiden AS ke-45 tersebut kembali menegaskan bahwa dirinya tak akan menyetujui sebuah kesepakatan dagang yang buruk bagi masyarakat AS. Pernyataan ini dilontarkan oleh Trump menjelang negosiasi dagang tingkat tinggi antar kedua negara yang dijadwalkan pada awal bulan depan di Washington.

"Semoga kami dapat mencapai sebuah kesepakatan yang akan menguntungkan kedua negara. Namun seperti yang sudah saya tegaskan, saya tak akan menyetujui sebuah kesepakatan yang buruk bagi masyarakat AS," kata Trump dalam United Nations General Assembly di New York.

Selain itu, sentimen negatif bagi bursa saham Asia juga datang dari langkah Partai Demokrat yang telah secara resmi mengumumkan penyelidikan guna melengserkan Trump.

Rencana tersebut didasari oleh skandal yang melibatkan Trump. Diduga, Trump telah menyalahgunakan kekuasannya sebagai presiden dengan meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyelidiki Hunter Biden, anak dari Joe Biden. Saat ini, Joe Biden sedang mencalonkan diri sebagai calon presiden AS.


Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS Nancy Pelosi mengumumkan penyelidikan tersebut pasca melakukan pertemuan tertutup dengan para pembuat kebijakan dari Partai Demokrat. Dirinya mengatakan bahwa tindakan Trump tersebut telah membahayakan keamanan nasional dan melanggar konstitusi AS.

BERLANJUT KE HALAMAN 2 -> Panasnya Gelombang Demo Masih Membekas
Dari dalam negeri, panasnya gelombang demo yang masih membekas menjadi faktor yang memantik aksi jual di bursa saham tanah air. Dalam beberapa waktu terakhir, khususnya dalam dua hari terakhir, gelombang demonstrasi terjadi di berbagai kota di Indonesia terkait dengan beberapa isu.

Isu-isu yang dimaksud di antaranya revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi (UU KPK) yang belum lama ini sudah disahkan oleh parlemen. Disahkannya revisi UU KPK dipandang oleh banyak pihak sebagai upaya yang sistematis untuk melemahkan posisi KPK, sebuah lembaga yang memiliki rekam jejak oke dalam hal pemberantasan korupsi di Indonesia.

Dipersulit dan dibatasinya penyadapan, dibatasinya sumber rekrutmen penyelidik dan penyidik, dan penuntutan perkara korupsi yang harus berkoordinasi dengan Kejaksaan Agung merupakan poin-poin yang meresahkan hati banyak pihak.

Pada hari Senin (23/9/2019) dan Selasa (24/9/2019), aksi demo besar-besaran digelar di Gedung DPR yang salah tujuannya adalah memprotes pengesahan revisi UU KPK. Tak hanya di Jakarta, aksi serupa bisa didapati dari Sumatera sampai Papua.

Walau sudah didemo habis-habisan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) tak bergeming. Jokowi sudah memantapkan hati untuk tidak merevisi UU KPK yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada pekan lalu. Meski ribuan mahasiswa turun ke jalan di berbagai penjuru di Indonesia dan salah satu tuntutannya adalah merevisi UU KPK, Jokowi tetap bertahan pada sikapnya.

"Enggak ada," kata Jokowi saat ditanya oleh pewarta soal rencana penerbitan peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) terkait KPK, Senin (23/9/2019).

Selain revisi UU KPK, aksi demo juga digelar guna menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) masih ngotot ingin mengesahkan RUU KUHP di penghujung masa jabatannya, walaupun sejatinya Jokowi telah meminta agar DPR periode ini tidak mengesahkan RUU tersebut seiring dengan banyaknya penolakan dari kalangan masyarakat.

Wajar jika RUU KUHP mendapatkan penolakan dari kalangan masyarakat. Pasalnya, banyak pasal yang dinilai janggal di dalamnya, seperti pasal penghinaan presiden, pasal aborsi, dan pasal pengenaan denda untuk gelandangan.

Ambil contoh pasal pengenaan denda untuk gelandangan. Jika RUU KUHP disahkan, gelandangan bisa dedenda maksimal Rp 1 juta. Untuk pasal aborsi, pasal yang dianggap meresahkan adalah pasal 470 dan 471 karena dinilai diskriminatif terhadap korban pemerkosaan. Dikhawatirkan, seorang wanita korban pemerkosaan bisa dipidana jika menggugurkan kandungannya.

Selain RUU KUHP, sejumlah RUU lainnya yang meresahkan masyarakat di antaranya adalah RUU Pemasyarakatan, RUU Ketenagakerjaan, dan RUU Minerba.

Hingga kemarin malam, aksi demo masih terjadi walau pada sore hari pemerintah dan DPR pada akhirnya memenuhi sebagian permintaan demonstran dengan membatalkan pengesahan RUU KUHP dan tiga RUU kontroversial lain.

Kepastian pembatalan pengesahan empat RUU tersebut datang dari Ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Empat RUU yang dibatalkan pengesahannya adalah RUU KUHP, RUU Permasyarakatan, RUU Pertanahan dan RUU Minerba.

Dikhawatirkan, aksi demo masih akan terus terjadi pada hari ini dan dalam hari-hari mendatang.

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular