
Poundsterling Rebound ke Level Terkuat 2 Bulan, Kok Bisa?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 September 2019 16:18

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling kembali menguat pada perdagangan Jumat (20/9/19) bahkan mencapai level terkuatnya dalam dua bulan terakhir. Padahal di awal September lalu mata uang Inggris ini masih berada di dekat level terlemah 34 tahun.
Pada pukul 15:30 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2542 atau menguat 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya siang tadi pound sempat menyentuh level US$ 1,2581.
Jika melihat posisinya di US$ 1,1957 pada 3 September, dekat level terlemah 34 tahun, ini berarti dalam waktu kurang dari tiga pekan poundsterling sudah menguat hampir 5%.
Kenaikan poundsterling dimulai saat safari Perdana Menteri (PM) Boris Johnson ke Jerman dan Perancis. Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan dukungan bagi perundingan ulang Brexit.
Poundsterling mendapat tenaga untuk terus menguat setelah parlemen Inggris sukses mempersempit peluang terjadinya no-deal Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun. Parlemen Inggris menyepakati pembuatan rancangan undang-undang yang mencegah terjadinya no-deal Brexit.
Selain itu, manuver Perdana Menteri (PM) Inggris Johnson untuk melakukan Pemilu sela juga kandas di hadapan parlemen. Pemilu tersebut tentunya dimaksudkan untuk merombak susunan parlemen agar diisi mayoritas pendukungnya.
Kini perhatian tertuju pada pertemuan PM Johnson dengan para pemimpin Uni Eropa pada 17 dan 18 September. Johnson diperkirakan memulai kembali perundingan Brexit sebelum deadline 31 Oktober nanti.
Pemerintah Inggris harus berunding dengan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan (deal) Brexit, atau penundaan deadline Brexit selama tiga bulan. Momentum penguatan poundsterling datang dari Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker Kamis kemarin yang yakin mencapai kesepakatan Brexit setelah bertemu dengan Boris Johnson.
"Saya pikir kita akan mencapai kesepakatan (dengan Inggris). Saya melakukan segalanya untuk mencapai kesepakatan karena saya tidak suka ide no-deal, saya pikir itu akan memberikan bencana setidaknya selama satu tahun" kata Juncker kepada Sky News sebagaimana dilansir CNBC International.
Sikap Juncker terbilang melunak, sebelumnya ia selalu kukuh jika proposal Brexit yang ditawarkan mantan PM Inggris Theresa May adalah yang terakhir, dan enggan melakukan perundingan lagi. Pernyataan dari Juncker tersebut semakin memperkecil peluang terjadinya no-deal Brexit yang membuat poundsterling terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Pada pukul 15:30 WIB, poundsterling diperdagangkan di level US$ 1,2542 atau menguat 0,14% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Sebelumnya siang tadi pound sempat menyentuh level US$ 1,2581.
Kenaikan poundsterling dimulai saat safari Perdana Menteri (PM) Boris Johnson ke Jerman dan Perancis. Kanselir Jerman Angela Merkel, dan Presiden Perancis Emmanuel Macron menyatakan dukungan bagi perundingan ulang Brexit.
Poundsterling mendapat tenaga untuk terus menguat setelah parlemen Inggris sukses mempersempit peluang terjadinya no-deal Brexit alias keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun. Parlemen Inggris menyepakati pembuatan rancangan undang-undang yang mencegah terjadinya no-deal Brexit.
Selain itu, manuver Perdana Menteri (PM) Inggris Johnson untuk melakukan Pemilu sela juga kandas di hadapan parlemen. Pemilu tersebut tentunya dimaksudkan untuk merombak susunan parlemen agar diisi mayoritas pendukungnya.
Kini perhatian tertuju pada pertemuan PM Johnson dengan para pemimpin Uni Eropa pada 17 dan 18 September. Johnson diperkirakan memulai kembali perundingan Brexit sebelum deadline 31 Oktober nanti.
Pemerintah Inggris harus berunding dengan Uni Eropa untuk mencapai kesepakatan (deal) Brexit, atau penundaan deadline Brexit selama tiga bulan. Momentum penguatan poundsterling datang dari Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker Kamis kemarin yang yakin mencapai kesepakatan Brexit setelah bertemu dengan Boris Johnson.
"Saya pikir kita akan mencapai kesepakatan (dengan Inggris). Saya melakukan segalanya untuk mencapai kesepakatan karena saya tidak suka ide no-deal, saya pikir itu akan memberikan bencana setidaknya selama satu tahun" kata Juncker kepada Sky News sebagaimana dilansir CNBC International.
Sikap Juncker terbilang melunak, sebelumnya ia selalu kukuh jika proposal Brexit yang ditawarkan mantan PM Inggris Theresa May adalah yang terakhir, dan enggan melakukan perundingan lagi. Pernyataan dari Juncker tersebut semakin memperkecil peluang terjadinya no-deal Brexit yang membuat poundsterling terus menguat.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Pertumbuhan Ekonomi Mandek, Poundsterling Malah Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular