
Analisis
Dolar Sedang Loyo, Diam-diam Harga Emas Melesat
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 September 2019 14:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar yang anjlok pada perdagangan Rabu (18/9/19) lalu perlahan merangkak naik sejak Kamis kemarin. Kenaikan perlahan tersebut juga masih berlanjut di perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (20/9/19).
Pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat harga emas bergerak naik perlahan-lahan. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, jika mata uang Paman Sam melemah maka harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, permintaan logam mulia pun berpotensi meningkat.
Keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2% sebenarnya membuat dolar AS menguat dan emas anjlok pada perdagangan Rabu.
Hal tersebut terjadi karena The Fed bersikap tidak terlalu dovish. Bahkan tidak semua anggota Federal Open Market Committee (FOMC) yang mendapat jatah voting suku bunga memilih pemangkasan 25 bps.
Dua anggota FOMC tidak setuju The Fed memangkas suku bunga, satu lainnya meminta suku bunga dipangkas 50 bps.
Bahkan untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting. Berdasarkan Fed dot plot. Lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%).
Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
Namun, pada Kamis kemarin dolar AS berbalik loyo setelah beberapa bank sentral di negara lain tidak mengikuti langkah The Fed memangkas suku bunga.
Kamis kemarin ada tiga bank sentral utama yang mengumumkan suku bunga, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Ketiga bank tersebut kompak mempertahankan kebijakan moneternya, yang membuat mata uang masing-masing menguat melawan dolar AS. BoJ mengumumkan mempertahankan suku bunga jangka pendek di -0,1% dan mengarahkan yield obligasi 10 tahun ke kisaran 0%.
Meski demikian, bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut membuka peluang untuk merubah kebijakannya (ke arah lebih longgar) pada bulan depan.
SNB juga sama tetap mempertahankan suku bunga acuannya -0,75%, begitu juga dengan BoE yang mempertahankan suku bunganya 0,75%. Dua bank sentral ini belum mengindikasikan akan adanya pemangkasan suku bunga.
Akibat perbedaan kebijakan moneter yang diambil kemarin tersebut, dolar AS terus tertekan. Kamis kemarin, indeks dolar melemah 0,33%, sementara hingga siang ini melemah 0,03%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat harga emas bergerak naik perlahan-lahan. Emas dunia dibanderol dengan dolar AS, jika mata uang Paman Sam melemah maka harga emas menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, permintaan logam mulia pun berpotensi meningkat.
Keputusan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang memangkas suku bunga 25 basis poin (bps) menjadi 1,75-2% sebenarnya membuat dolar AS menguat dan emas anjlok pada perdagangan Rabu.
Dua anggota FOMC tidak setuju The Fed memangkas suku bunga, satu lainnya meminta suku bunga dipangkas 50 bps.
Bahkan untuk arah kebijakan selanjutnya di sisa tahun ini juga menunjukkan perbedaan pendapat dari semua anggota FOMC termasuk yang bukan anggota voting. Berdasarkan Fed dot plot. Lima anggota ingin suku bunga tetap seperti sebelum dipangkas (2-2,25%).
Lima anggota lainnya ingin mempertahankan di level saat ini (1,75-2%), dan tujuh anggota ingin memangkas lagi sebesar 25 bps menjadi 1,5-1,75%.
Namun, pada Kamis kemarin dolar AS berbalik loyo setelah beberapa bank sentral di negara lain tidak mengikuti langkah The Fed memangkas suku bunga.
Kamis kemarin ada tiga bank sentral utama yang mengumumkan suku bunga, bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ), bank sentral Swiss (Swiss National Bank/SNB), dan bank sentral Inggris (Bank of England/BoE).
Ketiga bank tersebut kompak mempertahankan kebijakan moneternya, yang membuat mata uang masing-masing menguat melawan dolar AS. BoJ mengumumkan mempertahankan suku bunga jangka pendek di -0,1% dan mengarahkan yield obligasi 10 tahun ke kisaran 0%.
Meski demikian, bank sentral pimpinan Haruhiko Kuroda tersebut membuka peluang untuk merubah kebijakannya (ke arah lebih longgar) pada bulan depan.
SNB juga sama tetap mempertahankan suku bunga acuannya -0,75%, begitu juga dengan BoE yang mempertahankan suku bunganya 0,75%. Dua bank sentral ini belum mengindikasikan akan adanya pemangkasan suku bunga.
Akibat perbedaan kebijakan moneter yang diambil kemarin tersebut, dolar AS terus tertekan. Kamis kemarin, indeks dolar melemah 0,33%, sementara hingga siang ini melemah 0,03%.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular