
Emas Dunia Bangkit & Rupiah KO, Emas Antam Bisa Naik Besok
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 August 2019 19:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia di pasar spot bangkit atau rebound pada perdagangan Selasa (20/8/19) setelah melemah dua hari berturut-turut. Saat kondisi finansial mulai kondusif dan bursa saham global menghijau, emas seharusnya mengalami tekanan.
Namun, pada hari ini emas mendapat dorongan penguatan akibat fokus pelaku pasar kembali tertuju pada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed). Bank sentral paling powerful di dunia ini diprediksi akan agresif memangkas suku bunga di tahun ini.
Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group malam ini, pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk pasti akan memangkas suku bunga di bulan September. Piranti tersebut menunjukkan probabilitas sebesar 95% bahwa suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) dan probabilitas sebesar 5% bahwa suku bunga dipangkas 50 bps.
Piranti yang sama menunjukkan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya satu kali lagi setelah bulan September. Analis dari Bank Danske bahkan memprediksi Jerome Powell akan memangkas suku bunga lima kali hingga April 2020.
Para analis yang dipimpin oleh Mikael Olai Milhoj kini percaya The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps dalam lima rapat kebijakan moneter ke depan, dan suku bunga akan berada di level 0,75-1% di bulan Maret 2020, sebagaimana dilansir CNBC International.
Acara tahunan Jackson Hole di AS pada Kamis pekan ini bakal memberikan gambaran apakah The Fed akan agresif atau tidak dalam memangkas suku bunga. Tidak hanya The Fed, bank sentral utama lainnya juga akan hadir di acara tersebut, sehingga outlook kebijakan moneter global bisa lebih terlihat, apakah akan ada pelonggaran kebijakan atau tidak.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, juga aset lindung nilai terhadap inflasi sehingga penurunan suku bunga oleh The Fed akan menguntungkan bagi emas karena peluang gain yang terbuang (opportunity cost) pun kian minim.
Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter guna menambah likuiditas di pasar. Harapannya saat likuiditas bertambah, roda perekonomian bergerak lebih kencang, rata-rata upah meningkat, belanja konsumen naik, dan pada akhirnya inflasi terkerek naik.
Ketika ada ekspektasi percepatan laju inflasi, emas akan kembali diuntungkan akibat atribut yang dimiliki sebagai aset lindung nilai terhadap kenaikan harga-harga. Jumlahnya yang terbatas membuat emas menjadi instrumen lindung inflasi yang sempurna.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Namun, pada hari ini emas mendapat dorongan penguatan akibat fokus pelaku pasar kembali tertuju pada bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (The Fed). Bank sentral paling powerful di dunia ini diprediksi akan agresif memangkas suku bunga di tahun ini.
Berdasarkan piranti FedWatch milik CME Group malam ini, pelaku pasar melihat Jerome Powell dkk pasti akan memangkas suku bunga di bulan September. Piranti tersebut menunjukkan probabilitas sebesar 95% bahwa suku bunga akan dipangkas 25 basis poin (bps) dan probabilitas sebesar 5% bahwa suku bunga dipangkas 50 bps.
Piranti yang sama menunjukkan The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya satu kali lagi setelah bulan September. Analis dari Bank Danske bahkan memprediksi Jerome Powell akan memangkas suku bunga lima kali hingga April 2020.
Para analis yang dipimpin oleh Mikael Olai Milhoj kini percaya The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bps dalam lima rapat kebijakan moneter ke depan, dan suku bunga akan berada di level 0,75-1% di bulan Maret 2020, sebagaimana dilansir CNBC International.
Acara tahunan Jackson Hole di AS pada Kamis pekan ini bakal memberikan gambaran apakah The Fed akan agresif atau tidak dalam memangkas suku bunga. Tidak hanya The Fed, bank sentral utama lainnya juga akan hadir di acara tersebut, sehingga outlook kebijakan moneter global bisa lebih terlihat, apakah akan ada pelonggaran kebijakan atau tidak.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, juga aset lindung nilai terhadap inflasi sehingga penurunan suku bunga oleh The Fed akan menguntungkan bagi emas karena peluang gain yang terbuang (opportunity cost) pun kian minim.
Bank sentral melonggarkan kebijakan moneter guna menambah likuiditas di pasar. Harapannya saat likuiditas bertambah, roda perekonomian bergerak lebih kencang, rata-rata upah meningkat, belanja konsumen naik, dan pada akhirnya inflasi terkerek naik.
Ketika ada ekspektasi percepatan laju inflasi, emas akan kembali diuntungkan akibat atribut yang dimiliki sebagai aset lindung nilai terhadap kenaikan harga-harga. Jumlahnya yang terbatas membuat emas menjadi instrumen lindung inflasi yang sempurna.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Emas Antam Berpotensi Menguat Besok
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular