DP Rumah Turun, Analis: Belum Terasa dalam Jangka Pendek

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
20 September 2019 10:55
kalangan analis berpendapat, kebijakan ini dampaknya belum akan terasa dalam waktu dekat.
Foto: Muhammad Luthfi Rahman
Jakarta, CNBC Indonesia - Kebijakan Bank Indonesia (BI) yang menurunkan pembayaran uang muka (downpayment/DP) dengan merelaksasi rasio pinjaman terhadap aset (loan to value)/LTV) untuk kredit pemilikan rumah (KPR) yang dinilai akan berdampak positif dan menggairahkan sektor properti. Namun, kalangan analis berpendapat, kebijakan ini dampaknya belum akan terasa dalam waktu dekat.

Franky Rivan, Senior Reserach Analyst Kresna Sekuritas mencermati, kebijakan BI ini akan membuat uang muka kredit pemilikan rumah (KPR) menjadi lebih murah.

Namun, yang menjadi catatan Franky, meski ada relaksasi LTV, tapi bank-bank yang menyalurkan kredit di sektor properti biasanya tidak akan langsung merespons kebijakan menurunkan suku bunga KPR meski Bank Indonesia, pada Kamis kemarin (19/9/2019) juga telah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 5,25% untuk memacu konsumsi domestik.

Di sisi lain loan to deposit ratio (LDR) perbankan  saat ini, kata Franky, sudah di level 95% membuat penyaluran kredit ke sektor properti menjadi sangat terbatas.

"Kebijakan relaksasi LTV ini belum akan terasa dampaknya dalam jangka pendek," kata Franky saat dihubungi CNBC Indonesia, Jumat (20/9/2019).

Melihat data di pasar, pergerakan saham properti juga masih bergerak landai merespons kebijakan ini.

Harga saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), dan PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) bergerak stagnan. Hanya saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) yang sahamnya terpantau menguat 0,64%.

Sejumlah pengembang properti lainnya justru mengalami pelemahan. Harga saham PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) terkoreksi 0,81%. disusul pelemahan saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT PP Proeperti Tbk (PPRO) yang melemah 0,92%. Harga saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) juga tak lepas dari koreksi sebesar 3,10%.

"Kita lihatnya rekomendasi neutral saja untuk sektor properti," ungkap Franky menambahkan.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan kebijakan pelonggaran DP KPR yang juga bersamaan dengan pelonggaran DP kredit kendaraan bermotor untuk mengakselerasi konsumsi domestik.

Karenanya, kalau itu naik, investasi naik, konsumsi naik, pertumbuhan ekonomi naik, dan semuanya akan senang. Juga bisa mengantisipasi kalau trade war yang berkepanjangan," ujar Perry di Kompleks Bank Indonesia, Kamis (19/9/2019).

Dengan demikian, lanjut Perry, momentum pertumbuhan ekonomi bisa terjaga. Sampai akhir tahun 2019 pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,1%. Bahkan tahun depan diperkirakan bisa meningkat menuju titik tengah 5,3%. "Semua kebijakan akan diarahkan ke sana, dan akan terus berkoordinasi dengan pemerintah," tuturnya.

Kemarin, dalam BI memutuskan menurunkan DP melalui pelonggaran rasio LTV (loan to value) kredit properti sebesar 5%. Sehingga DP rumah tipe 21 hingga 70 menjadi sebesar 10-25% dari sebelumnya sekitar 15-30% dan tipe di atas 70 sebesar 15-30% dari sebelumnya 20-35% dan penambahan keringanan 5% untuk rumah berwawasan lingkungan yang memiliki sertifikasi ramah lingkungan.

Menurut Perry penurunan ini disesuaikan dengan rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) bank.
(hps/hps) Next Article BI Dorong Properti Hijau, Begini Respons Sinarmas Land

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular