Tingkat Pengangguran Australia Naik, Mata Uangnya Jeblok

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
19 September 2019 19:23
Australia melaporkan angka pengangguran Agustus naik ke 5,3% dari bulan sebelumnya 5,2%. Mata uangnya pun melemah.
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Dolar Australia melemah melawan rupiah pada Kamis (19/9/19), sebesar 0,51% ke Rp 9.550,37/AU$ di pasar spot. Mata Uang Kanguru ini mendekati level terlemah sejak Februari 2016 Rp 9.503,65/AU$ yang dicapai pada 26 Agustus lalu.

Tingkat pengangguran Australia yang naik menjadi penekan kursnya. Biro Statistik Australia melaporkan di bulan Agustus naik menjadi 5,3% dari bulan sebelumnya 5,2%. Tingkat pengangguran tersebut merupakan yang tertinggi dalam satu tahun terakhir.

Kenaikan tingkat pengangguran tersebut tentunya menunjukkan pasar tenaga kerja Australia masih lemah dan peluang pemangkasan suku bunga oleh Reserve Bank of Australia (RBA) semakin terbuka lebar.



RBA sudah memangkas suku bunga dua kali di tahun ini hingga ke rekor terendah 1%. Rilis notulen rapat kebijakan moneter RBA pekan ini menunjukkan para anggota dewan mempertimbangkan untuk kembali memangkas suku bunga untuk menstimulasi perekonomian, dan mendorong kenaikan inflasi.

Suku bunga rendah juga akan ditahan dalam waktu yang lama untuk memperkuat pasar tenaga kerja dan mencapai target inflasi.



Di sisi lain, rupiah mendapat sentimen positif dari pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia hari ini. Berbeda dengan dolar Australia, pemangkasan suku bunga oleh BI justru membuat rupiah menguat akibat harapan akan laju pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi.

setelah Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga 7-day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Ini berarti BI sudah menurunkan suku bunga dalam tiga bulan berturut-turut.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 September 2019 memutuskan untuk menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,25%," kata Gubernur BI Perry Warjiyo.

Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan Perry Warijyo dan sejawat akan kembali menurunkan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,25%.



"Kebijakan tersebut konsisten dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah di bawah titik tengah sasaran dan imbal hasil investasi aset keuangan domestik yang tetap menarik, serta sebagai langkah pre-emptive untuk mendorong momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah kondisi ekonomi global yang melambat," kata Perry dalam konferensi pers usai RDG.

TIM RISET CNBC INDONESIA 


(pap/pap) Next Article Lagi-Lagi Karena China, Dolar Australia Berjaya Lawan Rupiah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular