
Dibebani Serangan Saudi Aramco, Harga SUN Dibuka Melemah

Koreksi harga surat utang negara (SUN) yang masih membayangi hari ini juga bertepatan dengan jadwal lelang rutin surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) siang nanti.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya.
Yield yang menjadi acuan hasil investasi yang didapat investor juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan pasar adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 7,8 basis poin (bps) menjadi 7,83%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Yield Obligasi Negara Acuan 17 Sep'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 16 Sep'19 (%) | Yield 17 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 16 Sep'19 (%) |
FR0077 | 5 tahun | 6.67 | 6.69 | 2.00 | 6.6541 |
FR0078 | 10 tahun | 7.238 | 7.268 | 3.00 | 7.2593 |
FR0068 | 15 tahun | 7.676 | 7.711 | 3.50 | 7.6616 |
FR0079 | 20 tahun | 7.755 | 7.833 | 7.80 | 7.7585 |
Sumber: Refinitiv
Pelemahan SBN hari ini juga membuat selisih (spread) yield obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan yield surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 544 bps, melebar dari posisi kemarin 539 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi 1,9 bps hingga 1,82% dari posisi kemarin 1,84%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada beberapa pasang seri acuan, yang lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada April lalu.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada yield tenor 2 tahun-10 tahun yang mulai mereda, sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat dibanding inversi tenor lain.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Dalam lelang nanti siang, pemerintah berniat melepas enam seri sukuk negara dengan target indikatif Rp 7 triliun.
Yield US Treasury Acuan 17 Sep'19 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 16 Sep'19 (%) | Yield 17 Sep'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 1.999 | 1.987 | 3 bulan-5 tahun | 31.1 |
UST 2020 | 2 Tahun | 1.765 | 1.747 | 2 tahun-5 tahun | 7.1 |
UST 2021 | 3 Tahun | 1.723 | 1.699 | 3 tahun-5 tahun | 2.3 |
UST 2023 | 5 Tahun | 1.702 | 1.676 | 3 bulan-10 tahun | 16.3 |
UST 2028 | 10 Tahun | 1.843 | 1.824 | 2 tahun-10 tahun | -7.7 |
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 1.022 triliun SBN, atau 38,55% dari total beredar Rp 2.651 triliun berdasarkan data per 13 September.
Jumlah utang pemerintah yang naik mendorong nilai kepemilikan investor asing di pasar SUN hingga menembus rekor tertinggi baru pada pekan ini.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan menunjukkan jumlah kepemilikan investor asing sudah naik dan juga sudah mencapai rekor tertinggi baru itu naik 14,44% dari posisi akhir 2018, seiring dengan bertambahnya jumlah SUN beredar pemerintah 11,95% dari Rp 2.368 triliun.
Sebelumnya, rekor kepemilikan investor asing berada pada Rp 1.019,36 triliun per 2 Agustus. Sayangnya, kepemilikan investor asing tersebut tidak dibarengi dengan kondisi pasar yang justru negatif hari ini.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 128,98 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama. Sejak akhir pekan lalu dan bulan lalu, investor asing tercatat masuk ke pasar SUN senilai Rp 11,56 triliun dan Rp 12,63 triliun.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi pada posisi rupiah di pasar valas, yang turun 0,39% menjadi Rp 14.090 per dolar AS, sedangkan pasar saham masih menguat 0,15% mejadi 6.228 siang ini.
Dari pasar surat utang negara berkembang dan maju, penguatan terjadi secara luas sehingga menekan yield mayoritas obligasi negara turun.
Hal tersebut mencerminkan investor global sedang memburu obligasi pemerintah karena sedang dibekap sentimen negatif terkait dengan sifat instrumen utang yang dinilai lebih aman dibanding pasar ekuitas.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 16 Sep'19 (%) | Yield 17 Sep'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 7.375 | 7.295 | -8.00 |
China | 3.108 | 3.11 | 0.20 |
Jerman | -0.474 | -0.481 | -0.70 |
Prancis | -0.196 | -0.2 | -0.40 |
Inggris | 0.693 | 0.692 | -0.10 |
India | 6.703 | 6.71 | 0.70 |
Jepang | -0.155 | -0.164 | -0.90 |
Malaysia | 3.336 | 3.355 | 1.90 |
Filipina | 4.811 | 4.823 | 1.20 |
Rusia | 7 | 7 | 0.00 |
Singapura | 1.797 | 1.779 | -1.80 |
Thailand | 1.585 | 1.6 | 1.50 |
Amerika Serikat | 1.843 | 1.824 | -1.90 |
Afrika Selatan | 8.215 | 8.225 | 1.00 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article January Effect Sukses Angkat Harga SUN, Hari Ini Gimana?