
Kisah di Balik Kandasnya Mega Merger Axiata-Telenor

Manajemen Axiata, dalam keterangan resmi, menegaskan batalnya rencana merger ini tidak akan berpengaruh ke target perusahaan untuk mencapai Digital Champion pada 2022. Selain itu, Program Cost Excellence yang diterapkan perusahaan juga akan memberikan penghematan ke perusahaan mencapai RM 5 miliar, bahkan mungkin lebih.
Chairman Axiata, Tan Sri Ghazzali Sheikh Abdul Khalid mengatakan kedua pihak saham-saham menyadari beratnya tingkat kompleksitas dari rencana tersebut, mengingat ini melibatkan setidaknya 14 entitas di 9 negara.
"Terlepas dari sinergi yang diungkapkan dari merger, kami yakin bahwa penghentian rencana ini tidak mempengaruhi Grup dalam mencapai ambisi Digital Champion 2022," katanya.
"Atas nama Dewan Axiata, kami berterima kasih atas dukungan dari Pemerintah Malaysia, investor kami dan semua karyawan kami selama proses ini."
Presiden dan Kepala Eksekutif Grup Axiata Tan Sri Jamaludin Ibrahim mengatakan, "Axiata terus tetap menjadi salah satu operator seluler terbesar di kawasan ini."
Sebelumnya, dua sumber eksekutif, dikutip media Thestar.com.my, mengungkapkan bahwa beberapa alasan rencana ini batal ialah banyaknya entitas yang terlibat di 9 negara, masalah Komersial, kepentingan nasional (Malaysia-Norwegia), nasib pekerja atau staf pasca merger, dan keengganan Indonesia untuk memberi restu atas akuisisi ini karena melihat Norwegia adalah negara Eropa (kendati bukan bagian dari Uni Eropa), kelompok negara yang selama ini dinilai mendiskreditkan sawit Indonesia dan Malaysia.
Tanpa Indonesia sebagai bagian dari pertimbangan ini, maka peluang kesepakatan itu terwujud adalah nol persen.
"Kedua belah pihak mencoba level terbaik mereka, karena merger akan membawa mereka melampaui batas guna menciptakan kekuatan besar [powerhouse] di Asia. Tetapi adanya kerumitan dan beberapa pertimbangan panjang dari sisi komersial, nasionalisme, dan kepentingan staf membuat deal ini sangat menantang," kata sumber tersebut, dikutip CNBC Indonesia, Kamis (5/9/2019).
"Beberapa item dalam klausul dapat dimodifikasi, tapi beberapa lainnya tidak disetujui oleh kedua belah pihak, dan item-item pemecah kesepakatan masih menggantung," kata sumber tersebut.
"Tidak seperti kesepakatan lainnya, untuk Axiata, aspek kepentingan komersial dan nasional perlu dilindungi, yang mencakup minat staf dan program vendor," kata sumber lainnya.
LANJUT HALAMAN 3: Mimpi jadi perusahaan telekomunikasi terbesar kandas
