
Mega Merger Axiata-Telenor Berpotensi Batal, Gara-gara Sawit?

Pada Mei lalu, Axiata dan Telenor mengejutkan pasar global dengan rencana menggabungkan aset telekomunikasi mereka di Asia untuk menciptakan raksasa bisnis telekomunikasi Asia.
Untuk itu, mereka akan membuat holding company (Mergedco) di mana Telenor akan memegang saham mayoritas 56,5% sementara Axiata akan memegang 43,5%.
Chief Executive Officer Axiata Group Jamaludin Ibrahim, dikutip Reuters, menegaskan rencana tersebut masih berjalan atau on track kendati media lokal melaporkan bahwa aksi korporasi terbesar di industri telekomunikasi ini berpotensi memicu masalah besar di kemudian hari. Bahkan proses merger in ditargetkan akan memakan waktu 3-6 bulan dengan target penyelesaian pada November mendatang.
"Kami ingin memastikan bahwa kami melindungi kepentingan nasional dan staf kami. Itu tidak berarti ada masalah, "kata Jamaludin dalam sebuah briefing yang dikutip Reuters, Kamis (29/8/2019).
Dia optimistis kesepakatan merger bisnis kedua perusahaan di Asia itu akan berhasil.
Presiden Direktur EXCL Dian Siswarini juga menambahkan keinginan merger kedua perusahaan itu sangat kuat, kendati pihaknya sebagai anak usaha hanya menunggu proses tersebut.
"Sebetulnya ini rencana merger bukan di level korporasi kami [EXCL], tapi info lebih jelas ke shareholders [pemegang saham] kami. Tapi bisa saya share adalah due dilligence [uji tuntas] masih berjalan," kata Dian dalam talkshow di CNBC Indonesia, Rabu (4/9/2019).
"Kedua pihak masih intensif supaya merger, sangat kuat [rencana ini]. Nantinya Grup Axiata juga akan punya partner global yang kuat, partneryang baru juga akan membawa teknologi dan experience. Juga banyak hal yang bisa kami pelajari dan kerjasamakan," kata Dian.
Gunn Wærsted, Chairman Telenor Group, mengatakan dengan penggabungan ini, MergedCo akan memiliki hampir 300 juta pelanggan dan menjadi salah satu perusahaan infrastruktur seluler terbesar di Asia yang mengoperasikan sekitar 60.000 menara di seluruh Asia.
"Hari ini [Senin 6 Mei] kami mengumumkan bahwa Telenor dan Axiata sedang dalam diskusi tentang bergabungnya kekuatan di Asia, salah satu kawasan paling dinamis dan inovatif di dunia," kata Gunn dalam siaran pers, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (7/5/2019).
MergedCo akan memiliki kantor pusat operasional di Kuala Lumpur, Malaysia, dan akan terdaftar di bursa saham internasional, juga Bursa Efek Malaysia. Di Negeri Jiran itu, MergedCo juga bertujuan untuk menggabungkan Celcom dan Digi, dengan MergeCo sebagai pemilik saham mayoritas.
Manajemen Telenor mengungkapkan, dengan menyatukan dua organisasi yang kuat, maka akan ada peluang sinergi yang diperkirakan nilainya mencapai US$ 5 miliar atau 43 miliar krona Norwegia (NOK). Nilai tersebut setara dengan sekitar Rp 71 triliun, dengan asumsi kurs Rp 14.200/US$ dan kurs NOK Rp 1.641.
