
Gagal dengan Telenor, Axiata Ngotot Merger Bisnisnya di RI

Jakarta, CNBC Indonesia - Axiata Group Berhad membidik rencana merger anak usahanya di Indonesia dan Malaysia sebagai strategi utama yang akan ditempuh di tengah ketatnya persaingan industri telekomunikasi global.
Strategi utama dengan merger ini diupayakan setelah grup ini mengakhiri pembicaraan rencana merger dengan perusahaan telekomunikasi asal Norwegia, Telenor ASA.
Chief Executive Officer Axiata Jamaludin Ibrahim mengatakan operator nirkabel terbesar di Malaysia, yang menyediakan layanan telekomunikasi kepada lebih dari 300 juta orang dari India ke Kamboja ini menegaskan bahwa potensi merger terbuka untuk operasi bisnis perusahaan di Indonesia dan Malaysia dalam 3-5 tahun mendatang.
"Konsolidasi adalah kunci pembuktian bagi masa depan kami dalam jangka menengah mengingat [ketatnya] tantangan di industri ini," kata Jamaludin di kantornya di Kuala Lumpur, dikutip the star.com.my, Selasa (17/9/2019). "Pembatalan merger [dengan Telenor] tidak menghalangi kami untuk melihat kemungkinan [merger] lain."
Awal September, Axiata mengakhiri pembicaraan dengan Telenor tentang rencana penggabungan operasi mereka di Asia untuk menciptakan perusahaan dengan nilai penjualan mencapai US$ 13 miliar atau sekitar Rp 182 triliun (asumsi Rp 14.000/US$), hanya seminggu setelah Axiata menegaskan bahwa kesepakatan itu sesuai rencana.
Bloomberg mencatat, ada tren perusahaan telekomunikasi beralih ke merger dan akuisisi untuk menghadapi persaingan dan mengumpulkan skala yang cukup untuk mengadopsi teknologi baru. Transaksi merger dan akuisisi di Asia Tenggara di sektor ini naik dua kali lipat dari tahun lalu menjadi US$ 2,7 miliar atau sekitar Rp 38 triliun pada tahun ini.
Axiata juga memiliki pendekatan informal dengan beberapa investor, namun Jamaluddin menolak berkomentar terkait dengan kabar adanya rencana CK Hutchison Holdings Ltd., konglomerat Hong Kong yang disokong oleh taipan Victor Li, telah menyatakan minat untuk menggabungkan operasi telekomunikasi di Indonesia.
Dia menjelaskan, Axiata juga telah menerima penawaran untuk unit menara anak usahanya, Edotco Group Sdn, senilai US$ 3 miliar dan membenarkan laporan Bloomberg sebelumnya.
Di Malaysia, meskipun merger dibatalkan, saham Axiata di Bursa Malaysia telah mengungguli kenaikan saham indeks acuan setelah naik 7,4% pada tahun 2019, dibandingkan dengan indeks FTSE Bursa Malaysia KLCI yang justru turun 5,3%. Hari ini saham Axiata diperdagangkan di level 4.270 ringgit/saham, tertinggi ada di level 4.300 ringgit/saham.
Perusahaan diperkirakan akan melaporkan laba bersih 1,2 miliar ringgit (US$ 287 juta) pada tahun ini atau sekitar Rp 4 triliun, membalikkan kerugian 5 miliar ringgit pada 2018, menurut perkiraan rata-rata oleh para analis yang disurvei oleh Bloomberg.
Sementara itu, Jamaludin menegaskan perusahaan akan tetap fokus pada efisiensi operasional. "Kami percaya bahwa laba dan kas kami tidak cukup baik karena industri ini melambat," kata Jamaludin.
"Selama 3 tahun terakhir, kami telah berbicara dengan pihak-pihak di kedua negara," katanya, merujuk pada Malaysia dan Indonesia. "Salah satunya menghasilkan hampir terjadinya merger dengan Telenor," kata Jamaludin, dikutip Bloomberg.
Dari Indonesia, sebelumnya diberitakan perusahaan konglomerasi asal Hong Kong, CK Hutchison Holdings berencana melakukan kombinasi bisnis nirkabel di Indonesia dengan unit bisnis Axiata yakni PT XL Axiata Tbk (EXCL).
Kabar ini mengemuka belum lama ini seperti diwartakan Bloomberg yang bersumber dari beberapa eksekutif yang mengetahui pembicaraan ini, dikutip CNBC Indonesia dari Reuters, Selasa (10/9/2019).
Mengemukanya wacana ini kemudian memunculkan spekulasi mengenai kemungkinan operator Tri yang dioperasikan PT Hutchison 3 Indonesia akan melakukan konsolidasi dengan XL Axiata. Merespons informasi ini, manajemen EXCL tak mau berkomentar banyak mengenai rumor yang beredar di kalangan pelaku pasar.
"Kami tidak bisa memberikan tanggapan mengenai informasi yang spekulatif dan di luar otoritas kami. Bila membutuhkan informasi lebih lanjut, silakan menghubungi Axiata Group sebagai pihak yang terkait," kata Group Head Corporate Communication XL Axiara Tri Wahyuningsih, saat dikonfirmasi CNBC Indonesia, Kamis (12/9/2019).
3 emiten telco siap konsolidasi
(tas/hps) Next Article Merger Axiata-Telenor Ditargetkan November, Apa Kata Bos XL?
