Waduh! Hingga 2021 akan Sepi IPO Perusahaan Kakap

Monica Wareza, CNBC Indonesia
17 September 2019 16:40
Pasar dinilai masih belum kondusif untuk bisa menyerap saham-saham dengan jumlah emisi yang besar.
Foto: Bursa Efek Indonesia (BEI) (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Analis menilai sepinya lantai bursa dari emiten-emiten kelas kakap selama dua tahun terakhir masih akan berlanjut hingga ketidakpastian (uncertainty) di pasar masih terjadi. Pasar dinilai masih belum kondusif untuk bisa menyerap saham-saham dengan jumlah emisi yang besar.

Analis Koneksi Capital Alfred Nainggolan mengatakan penggalangan dana melalui IPO dalam jumlah besar membutuhkan anchor investor yang lebih besar, biasanya dilakukan dengan melakukan roadshow hingga ke luar negeri. Namun, demand dari investor asing saat ini masih rendah mengingat belum kondusif situasi perekonomian global.

"Kalau dana dicari gede otomatis effort-nya juga cukup besar. Kalau yang gede pertimbangannya bahwa lokal belum akan cukup juat sehingga perlu roadshow ke luar. Apalagi kondisinya sekarang dari sisi uncertainty masih cukup besar kalau berbicara perang dagang," kata Alfred kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/9/2019).

Umumnya, emiten kelas kakap ini membidik valuasi yang tinggi sehingga bisa memberikan penilaian harga saham yang besar pula, dengan demikian bisa mengantongi dana hasil IPO bernilai fantastis.

Namun, dengan momentum yang dirasa kurang pas ini ditakutkan valuasi yang ditargetkan tak tercapai dan perusahaan kurang maksimal dalam merealisasikan rencananya.

Kondisi ini dinilai akan bisa berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dengan kondisi perang dagang yang masih belum mencapai titik terang.

Ketakutan pasar akan terjadinya resesi juga menjadi pertimbangan perusahaan kakap untuk melancarkan rencana IPO ini hingga kemungkinan resesi menjadi semakin kecil.

Apalagi di tahun depan, ketidakpastian pasar akan berasal dari kondisi politik Amerika Serikat yang memuncak dengan dilakukannya pemilihan presiden di Amerika Serikat.

"Tahun ini kan banyak lembaga yang merevisi pertumbuhan global, itu yang kurang bagus. Tapi nanti ketika sudah mulai ada target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari 2019 hingga 2021 kondisi itu yang membuat emiten besar menjadi lebih berani," kata dia.
(hps/hps) Next Article IHSG Ambles 31%, 23 Perusahaan Masih Antre IPO

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular