Harga Batu Bara Melesat 3% Lebih!

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
04 September 2019 15:51
Harga Batu Bara Melesat 3% Lebih!
Foto: Doc.PTBA
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara naik tajam pada perdagangan kemarin. Permintaan yang masih tinggi membuat harga komoditas ini melambung.

Kemarin, harga batu bara di bursa ICE Newcastle melonjak 3,19% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. Namun dibandingkan dari posisi awal tahun, harga batu bara masih anjlok 33%.



Tak dapat dipungkiri sejak awal tahun banyak sekali sentimen yang membebani harga batu bara. Salah satu faktor utama adalah pembatasan impor batu bara China. Tahun ini, China menargetkan impor batu bara di angka yang sama dengan tahun 2018, tidak ada kenaikan.

Pembatasan impor di Negeri Tirai Bambu bukan tanpa alasan. Pemerintah China berusaha untuk mendongkrak industri batu bara dalam negeri serta fokus pada kebijakan energi yang lebih ramah lingkungan.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Dari benua biru, impor batu bara juga mengalami penurunan beberapa tahun terakhir. Jerman sebagai salah satu importir batu bara sudah meninjau ulang bauran energi. Untuk urusan listrik, proporsi penggunaan hard coal dan lignite di Jerman sudah turun signifikan masing-masing 16% dan 1% pada 2017.

Namun, permintaan masih akan datang dari Asia. India, negara dengan populasi lebih dari 1,3 milyar, ini membutuhkan banyak batu bara untuk pembangkit listrik.

Dilansir dari Refinitiv, produksi batu bara India pada 2018 berada di 50 juta ton di bawah target. Namun masih tumbuh sebesar 9,8% yoy untuk periode April-November 2018. Sehingga kapasitas produksi dan konsumsi batu bara di India akan menjadi acuan permintaan.

Selain India, pasar Asia Tenggara juga diprediksi akan menjadi poros permintaan terhadap batu bara. Indonesia sebagai pemain global juga sudah menerapkan adanya Domestic Market Obligation (DMO) yang mengharuskan 25% dari total output diserap di dalam negeri.

Ke depan kebutuhan batu bara masih mungkin meningkat di kawasan India dan Asia Tenggara. Salah satu penunjang adalah industri mobil listrik yang tengah dikembangkan. Tentunya hal ini akan meningkatkan kebutuhan listrik di kawasan Asia Tenggara terutama Indonesia.


Sejauh ini batu bara memang masih menjadi primadona karena harganya yang murah dan menghasilkan energi yang besar untuk pembangkit listrik. Selain itu dilansir dari data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cadangan batu bara Indonesia masih dapat mencukupi untuk 36 tahun ke depan.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular