Corona Bikin Gara-gara, Harga Batu Bara Anjlok Nyaris 13%

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
05 April 2020 07:52
Corona Bikin Gara-gara, Harga Batu Bara Anjlok Nyaris 13%
Ilustrasi Tambang Batu Bara (REUTERS/Valentyn Ogirenko)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara anjlok sepanjang pekan ini. Bahkan harga berada titik terendah dalam nyaris empat tahun terakhir.

Sepanjang minggu ini, harga si batu hitam ambrol 12,77%. Pada akhir pekan, harga komoditas ini menyentuh titik terendah sejak Juli 2016.




Dampak pandemi virus corona atau Coronavirus Desease-2019 (Covid-19) telah menyebar ke berbagai lini kehidupan. Termasuk mempengaruhi harga batu bara.

Maklum, virus yang bermula dar Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China ini menyebar dengan sangat luas dan cepat. Berdasarkan data satelit pemetaan ArcGis per Sabtu (4/4/2020) pukul 22:32 WIB, jumlah pasien corona di seluruh dunia mencapai 1.141.190 orang. Dari jumlah tersebut, 60.960 orang meninggal dunia.

Kini virus corona telah menjangkiti lebih dari 200 negara. Hampir tidak ada tempat yang aman.

 


Penyebaran virus yang begitu masif terpaksa membuat berbagai negara membatasi aktivitas publik. Baik berupa penutupan wilayah perbatasan, aktivitas bekerja dan belajar di rumah, sampai yang paling ekstrem adalah karantina wilayah (lockdown) seperti di India atau Filipina.

Ketika lockdown berlaku, masyarakat sama sekali tidak boleh keluar rumah kecuali untuk urusan yang benar-benar mendesak. Transportasi publik pun tidak beroperasi.

Situasi ini menyebabkan aktivitas ekonomi berjalan dengan sangat lambat. Hasilnya permintaan energi turun, begitu pula sumber energi primer seperti batu bara.

Kementerian Industri, Ilmu Pengetahuan, Energi, dan Sumber Daya Australia dalam laporan bulanan edisi Maret 2020 menyebutkan, produksi batu bara (terutama di China) sempat menurun akibat pekerja yang dirumahkan untuk meredam penularan virus corona. Pada saat yang sama, perlambatan aktivitas ekonomi dunia karena serangan virus corona membuat konsumsi energi menurun sehingga menurunkan permintaan batu bara. Akibatnya, harga batu bara diperkirakan tetap rendah sepanjang 2020.

Kementerian Industri, Ilmu Pengetahuan, Energi, dan Sumber Daya Australia


Namun di sisi lain, rendahnya konsumsi batu bara membuat emisi karbon dioksida menurun drastis. Global Carbon Project memperkirakan emisi karbon dioksida tahun ini turun 5% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini adalah penurunan pertama sejak 2008, kala dunia berhadapan dengan krisis keuangan.

"Saya tidak akan terkejut kalau emisi turun 5% atau lebih tahun ini, sesuatu yang tidak pernah kita lihat sejak akhir Perang Dunia II. Hanya keruntuhan Uni Soviet dan hal-hal tertentu yang bisa mempengaruhi emisi seperti krisis kali ini," kata Rob Jackson, Kepala Global Carbon Project, seperti diwartakan Reuters.

Global Carbon Project


Akan tetapi, hal positif ini berasal dari sumber yang tidak enak yaitu penyebaran virus yang membuat ratusan ribu orang kehilangan nyawa dan ekonomi global yang di ambang resesi. Ya, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia kompak memperkirakan ekonomi dunia pada 2020 sudah masuk jurang resesi.

"Ini adalah krisis yang berbeda dari sebelumnya. Kita sudah lihat perekonomian dunia tidak bergerak, dan sekarang sudah resesi. Ini lebih parah dibandingkan 2008-2009. Sepanjang hidup saya, inilah kegelapan terbesar bagi umat manusia, ancaman bagi seluruh dunia," tegas Kristalia Geogieva, Direktur Pelaksana IMF, seperti diberitakan Reuters.

"Di luar dampak Covid-19 terhadap kesehatan, kami memperkirakan ada resesi besar di perekonomian global," sebut David Malpass, Presiden Bank Dunia, juga dikutip dari Reuters.



TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular