Harga Batu Bara Kok Makin Merosot Ya...

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
03 April 2020 11:58
Harga batu bara makin merosot karena dibayangi oleh murahnya harga LNG.
Foto: Tambang batubara Tarrawonga Whitehaven Coal di Boggabri, New South Wales, Australia. (Whitehaven Coal Ltd/Handout via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara termal kemarin ditutup melemah. Anjloknya harga batu bara termal (6.000 Kcal/Kg) kontrak Newcastle dipicu oleh sentimen negatif dari rendahnya harga Liquefied Natural Gas (LNG).

Pada penutupan perdagangan Kamis (2/4/2020), harga batu bara kontrak futures Newcastle drop 2,95% ke level US$ 64,25/ton. Artinya sejak mencapai level tertinggi di bulan Maret pada Jumat (27/3/2020) pekan lalu di US$ 71,65, harga batu bara anjlok 9,8%.

Harga batu bara memang cenderung stabil jika dibandingkan dengan harga komoditas lain seperti minyak mentah. Namun saat ini, harga batu bara terutama batu bara termal yang banyak digunakan di Korea Selatan, Jepang dan Taiwan juga terancam mengalami koreksi yang dalam.

Pasalnya, harga gas alam cair atau LNG sudah sangat murah. Harga LNG yang drop akan membuat orang beralih dari batu bara ke gas (coal to gas switch). Harga LNG Spot pada 27 Maret lalu sudah berada di US$ 2,8/mmBtu. Harga LNG telah ambles 59% terhitung sejak pertengahan Oktober tahun lalu ketika harga mencapai US$ 6,8/mmBtu.

Jika mengacu pada data historis, kalkulasi batas bawah harga untuk membuat Jepang beralih dari batu bara ke gas adalah US$ 4,76/mmBtu dan US$ 6,61/mmBtu di Korea Selatan. Namun saat ini harga sudah berada di bawah batas ambang tersebut.

Secara teori, perusahaan utilitas Jepang dan Korea Selatan sekarang harusnya sudah mulai merencanakan untuk menggunakan lebih banyak LNG dan lebih sedikit batu bara. Namun hal ini belum terjadi jika melihat data perdagangan beberapa waktu terakhir.

Jepang, pembeli LNG terbesar dunia, mengimpor 6,67 juta ton pada Maret, turun dari 7,18 juta pada Februari dan 7,06 juta pada Maret tahun lalu, menurut data pelacakan kapal yang dikumpulkan oleh Refinitiv.

Korea Selatan, pembeli terbesar ketiga setelah China, mengimpor 3,83 juta ton pada Maret tahun ini, turun dari 4,42 juta pada Februari, tetapi sedikit lebih tinggi dari 3,28 juta pada Maret 2019.

Penurunan impor untuk LNG di kedua negara tersebut terjadi akibat ancaman perlambatan ekonomi karena wabah virus corona dan selesainya periode puncak permintaan musim dingin. Jika utilitas Jepang dan Korea Selatan mulai beralih dari batu bara ke LNG, maka harga LNG tidak mungkin drop seperti sekarang ini.

Namun, peralihan dari batu bara akan menyebabkan penurunan harga karena permintaan akan turun, dan batu bara termal mungkin akhirnya akan bergabung dengan komoditas lain yang merasakan dampak dari pandemi virus corona.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(twg/twg) Next Article Sepekan Drop 13%, Harga Batu Bara Sentuh Level Terendah 2016

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular