China, India & Jepang Kompak Bikin Harga Batu Bara Terkapar

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
17 April 2020 11:25
A pile of coal is seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga komoditas batu bara kian terpuruk seiring dengan kurang bergairahnya pasar batu bara seaborne (lintas laut) di kawasan Asia Pasifik di tengah merebaknya pandemi corona.

Para eksportir batu bara mulai khawatir kalau dua negara konsumen batu bara terbesar di dunia yakni China dan India lebih memilih pasokan batu bara domestik ketimbang impor serta Jepang yang mulai beralih ke gas.

Harga batu bara termal Australia dan batu bara berkalori rendah asal Indonesia mengalami koreksi kemarin. Kontrak batu bara berjangka ICE Newcastle Australia ditutup melemah 1,14% ke level US$ 56,35/ton. Sementara itu, harga batu bara kontrak berjangka SGX Indonesia 4.200 Kcal/Kg juga turun 0,44% ke level US$ 29,74/ton.



Faktor pemicu mengapa harga batu bara terus terkoreksi beberapa hari terakhir adalah perlambatan aktivitas bongkar muat batu bara di pelabuhan di China, India dan Jepang pada paruh pertama April serta prospek pasar batu bara Asia Pasifik yang suram untuk beberapa bulan ke depan.


Dimulai dari China terlebih dahulu, harga batu bara lokal yang sudah ambles 13,6% dari puncaknya sebesar 573 yuan (US$ 80,99) per ton pada 26 Februari menjadi 473 yuan pada hari Rabu kemarin.

Anjloknya harga batu bara domestik berpotensi membuat pemerintah mendorong para trader & pembangkit listrik untuk membatasi impor batu bara termal, dan beralih ke batu bara domestik, untuk mendorong permintaan dan harga.

Artinya ini akan jadi masalah untuk kinerja impor batu bara China di bulan Mei dan Juni nanti. Namun sejatinya kinerja impor batu bara China sudah loyo sejak dua pekan awal bulan April ini.

Mengacu pada data Refinitiv, dalam 15 hari pertama April, sebanyak 8,7 juta ton batu bara dibongkar di pelabuhan-pelabuhan China. Jika dipertahankan, maka total impor sebulan penuh pada April akan sekitar 17,4 juta ton. Volume impor batu bara bulan April China diperkirakan lebih rendah dari bulan Maret sebesar 23,4 juta ton, dan 21,1 juta dari April tahun lalu.

Kisah yang mirip juga terjadi di India. Impor batu bara India hingga pertengahan bulan April sebanyak 5,7 juta ton. Angka ini jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 11 juta ton.

Walau masih ada banyak kapal yang membawa batu bara menuju India terutama dari Indonesia, impor batu bara India bulan April diperkirakan akan masih stagnan atau dipertahankan sama dengan bulan sebelumnya.

Prospek permintaan batu bara India untuk bulan Mei dan selanjutnya pun tampak suram seiring dengan pemberlakuan lockdown nasional di negara tersebut. Menteri batu bara India telah menulis surat yang isinya mendukung pembelian batu bara lokal dari pada impor, melansir Economic Times. Tentu hal ini juga akan menekan permintaan batu bara impor terutama dari Indonesia yang memasok batu bara berkalori rendah harga murah ke India.

Beralih ke Negeri Sakura, impor batu bara Jepang hingga pekan kedua April mencapai 5,7 juta ton. Impor batu bara Jepang bulan ini diperkirakan sebesar 11,4 juta ton. Turun dari periode sebelumnya sebesar 14,9 juta ton pada Maret 2020 dan 13,2 juta ton pada April 2019.

Pelemahan permintaan batu bara di Jepang juga dipicu oleh anjloknya harga gas. Harga gas alam cair (LNG) yang sudah ambles di bawah batas ambang memicu Jepang untuk beralih dari batu bara ke gas.

Dengan gambaran permintaan batu bara yang suram dari ketiga negara konsumen batu bara terbesar di dunia yakni China, India dan Jepang, maka wajar saja harga batu bara terus mengalami tekanan.



[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Pekan Lalu Anjlok 5%, Kemarin Harga Batu Bara Tak Gerak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular