Corona & Resesi, Duet Maut yang Bikin Runtuh Harga Batu Bara

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
15 April 2020 14:52
A pile of coal is seen at a warehouse of the Trypillian thermal power plant, owned by Ukrainian state-run energy company Centrenergo, in Kiev region, Ukraine November 23, 2017. Picture taken November 23, 2017. REUTERS/Valentyn Ogirenko
Foto: REUTERS/Valentyn Ogirenko
Jakarta, CNBC Indonesia - Ramalan resesi global versi Dana Moneter Internasional (IMF) memang membuat bulu kuduk merinding. Harga batu bara termal berjangka ikut terjun bebas ke level terendah sejak pertengahan tahun 2016.

Pada penutupan perdagangan kemarin Selasa (14/3/2020), harga batu bara termal Newcastle (6.000 Kcal/Kg) kontrak futures anjlok cukup dalam sebesar 2,89% ke level US$ 57,8/ton.

Kini harga batu bara harus rela tersungkur dan ambles 19,3% dari posisi tertingginya pada 27 Maret 2020 di US$ 71,65/ton. Nasib apes memang sedang menimpa harga-harga komoditas karena prospek perekonomian yang terlampau suram.



Muramnya rona perekonomian global tak terlepas dari bayang-bayang musuh tak kasat mata yang siap merenggut nyawa umat manusia di muka bumi ini. Dia adalah virus corona. Virus corona yang diyakini pertama kali muncul di Wuhan, kini sudah jadi pandemi yang menginfeksi 2 juta orang di berbagai penjuru dunia.


Kurang lebih sepertiga manusia di muka bumi ini harus terkungkung di dalam rumah untuk menekan laju penyebaran virus yang terjadi sangat cepat. Berbagai negara di dunia sudah mengimplementasikan karantina wilayah atau lebih dikenal dengan lockdown.

Lockdown yang terjadi kali ini belum pernah terjadi sebelumnya dan membuat laju perekonomian global jadi seret. IMF menyebut fenomena ini sebagai Great Lockdown.

Great Lockdown telah menyeret ekonomi global ke dalam jurang penuh kengerian yakni resesi. Lembaga moneter yang bermarkas di Washington itu meramal ekonomi dunia terkontraksi sebesar 3% di tahun ini.

Padahal saat Januari lalu, IMF masih meramal Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh 3,3% di tahun ini. Namun semua langsung berubah setelah wabah corona menyerang.

"Kemungkinan besar tahun ini, ekonomi global akan mengalami resesi yang hebat sejak Great Depression, melampaui krisis keuangan global satu dekade lalu" kata Gita Gopinath, Kepala Ekonom IMF, melansir CNBC International.

"Ini adalah sebuah periode krisis di mana guncangan yang terjadi tidak dapat dikendalikan dengan kebijakan ekonomi mengingat kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir" tambahnya.


Jika wabah corona masih terus mengancam kehidupan sehari-hari umat manusia, maka orang-orang akan semakin lama terisolasi. Manusia akan keluar dari fitrahnya sebagai makhluk sosial. Ini menimbulkan serangkaian konsekuensi bagi ekonomi.

Orang berdiam di rumah, sekolah, kantor, pabrik ditutup atau beroperasi dengan kapasitas rendah, akibatnya produktivitas bisa anjlok, terjadi disrupsi rantai pasok hingga pelemahan permintaan global.

Lockdown dan pembatasan mobilitas publik di berbagai negara terutama negara konsumen batu bara telah membuat prospek si batu hitam ikut muram. Inilah yang sedang dibaca pasar saat ini sehingga harganya terus terkikis.



[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Pekan Lalu Anjlok 5%, Kemarin Harga Batu Bara Tak Gerak

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular