
Lockdown Bikin Stok Menumpuk, Harga Batu Bara Masih Tertekan
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
06 May 2020 11:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara kontrak acuan Newcastle menguat pada penutupan perdagangan kemarin. Walau menguat harga batu bara masih berada di level terendahnya dalam empat tahun terakhir.
Selasa (5/5/2020) harga batu bara Newcastle untuk kontrak yang ramai diperdagangkan kemarin menguat 1,17% ke US$ 52,05/ton. Sejak 21 April - 5 Mei 2020, harga batu bara cenderung bergerak di rentang US$ 51 - 54 per ton. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2016.
Penguatan yang terjadi kemarin masih belum menunjukkan perbaikan dari sisi fundamental yang berarti. Prospek permintaan batu bara pun masih suram untuk beberapa bulan ke depan.
Walaupun beberapa negara konsumen batu bara terbesar di kawasan Asia sudah mulai melonggarkan lockdown. Bukan berarti permintaan batu bara akan langsung naik.
Alasannya adalah banyaknya stok karena di berbagai pembangkit listrik akibat penurunan konsumsi energi saat karantina dan pemerintah yang cenderung mendukung pasokan domestik ketimbang impor.
Tengok saja China dan India sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia. Mengacu pada data Refinitiv, stok batu bara di berbagai pelabuhan utama di China utara pada 30 April mencapai 19,1 juta ton. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 16,2 juta ton.
Impor batu bara China pada awal Mei tahun ini juga masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tren tahun sebelumnya. Impor batu bara pada lima hari awal Mei mencapai 2 juta ton atau 1,7 juta ton lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
Beralih ke India, stok batu bara di berbagai pembangkit listrik India tercatat mencapai 50,9 juta ton pada 30 April 2020. Persediaan batu bara ini dapat digunakan untuk 31 hari. Meningkatnya persediaan batu bara ini dipicu oleh kebijakan lockdown yang diambil India.
Pada awal Mei ini, India juga mengimpor batu bara lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu. Hingga kemarin, impor pasir hitam India mencapai 789 kiloton. Padahal untuk lima hari awal Mei 2019 India mengimpor 3 juta ton batu bara.
Senasib dengan China dan India, permintaan batu bara termal dari Jepang dan Korea Selatan juga masih lesu di tengah masih merebaknya pandemi Covid-19. Total impor batubara Korea Selatan dan Jepang masing-masing sebesar 403 dan 895 kiloton, secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan 1,4 dan 2,1 juta ton yang diimpor selama periode yang sama tahun lalu di masing-masing negara.
Prospek yang masih lesu memang membuat harga batu bara susah untuk naik ke level sebelum pandemi di rentang US$ 64 - 67 per ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Pekan Lalu Anjlok 5%, Kemarin Harga Batu Bara Tak Gerak
Selasa (5/5/2020) harga batu bara Newcastle untuk kontrak yang ramai diperdagangkan kemarin menguat 1,17% ke US$ 52,05/ton. Sejak 21 April - 5 Mei 2020, harga batu bara cenderung bergerak di rentang US$ 51 - 54 per ton. Ini merupakan level terendah sejak Mei 2016.
Penguatan yang terjadi kemarin masih belum menunjukkan perbaikan dari sisi fundamental yang berarti. Prospek permintaan batu bara pun masih suram untuk beberapa bulan ke depan.
Walaupun beberapa negara konsumen batu bara terbesar di kawasan Asia sudah mulai melonggarkan lockdown. Bukan berarti permintaan batu bara akan langsung naik.
Alasannya adalah banyaknya stok karena di berbagai pembangkit listrik akibat penurunan konsumsi energi saat karantina dan pemerintah yang cenderung mendukung pasokan domestik ketimbang impor.
Tengok saja China dan India sebagai konsumen batu bara terbesar di dunia. Mengacu pada data Refinitiv, stok batu bara di berbagai pelabuhan utama di China utara pada 30 April mencapai 19,1 juta ton. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu sebanyak 16,2 juta ton.
Impor batu bara China pada awal Mei tahun ini juga masih lebih rendah jika dibandingkan dengan tren tahun sebelumnya. Impor batu bara pada lima hari awal Mei mencapai 2 juta ton atau 1,7 juta ton lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu.
Beralih ke India, stok batu bara di berbagai pembangkit listrik India tercatat mencapai 50,9 juta ton pada 30 April 2020. Persediaan batu bara ini dapat digunakan untuk 31 hari. Meningkatnya persediaan batu bara ini dipicu oleh kebijakan lockdown yang diambil India.
Pada awal Mei ini, India juga mengimpor batu bara lebih sedikit dibanding periode yang sama tahun lalu. Hingga kemarin, impor pasir hitam India mencapai 789 kiloton. Padahal untuk lima hari awal Mei 2019 India mengimpor 3 juta ton batu bara.
Senasib dengan China dan India, permintaan batu bara termal dari Jepang dan Korea Selatan juga masih lesu di tengah masih merebaknya pandemi Covid-19. Total impor batubara Korea Selatan dan Jepang masing-masing sebesar 403 dan 895 kiloton, secara signifikan lebih rendah dibandingkan dengan 1,4 dan 2,1 juta ton yang diimpor selama periode yang sama tahun lalu di masing-masing negara.
Prospek yang masih lesu memang membuat harga batu bara susah untuk naik ke level sebelum pandemi di rentang US$ 64 - 67 per ton.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Pekan Lalu Anjlok 5%, Kemarin Harga Batu Bara Tak Gerak
Most Popular