
Indeks Dolar di Level Terkuat 2 tahun, Pantas Saja Rupiah KO
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
03 September 2019 17:37

Seakan luput dari sorotan pelaku pasar, indeks dolar AS kini berada di level tertinggi dalam lebih dari dua tahun terakhir, atau tepatnya sejak Mei 2017. Indeks ini dibentuk dari enam mata uang utama, dan kerap dijadikan tolak ukur kekuatan dolar AS terhadap mata uang lainnya.
Berita tentang indeks dolar ini terbenam oleh babak baru perang dagang AS dengan China, serta kisruh politik di Inggris. Wajar indeks dolar kurang mendapat perhatian, kondisi ekonomi AS yang melambat, perang dagang yang tak berkesudahan, serta spekulasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) seharusnya membuat dolar AS tertekan.
Namun nyatanya indeks dolar sungguh perkasa, hingga pukul 16:33 WIB berada di level 99,25 atau naik 0,34%. Bahkan sebelumnya sempat ke 99,35, sedikit lagi mencapai 100, titik yang kali terakhir disentuh pada 21 April 2017.
Tingginya indeks tersebut memang bukan karena performa bagus dolar, tetapi akibat buruknya kinerja euro dan poundsterling, dua lawan utama the greenback.
Kondisi ekonomi zona euro yang memburuk membuat European Central Bank (ECB) diprediksi kuat akan menggelontorkan paket stimulus di bulan ini, membuat euro jeblok ke level terlemah sejak Mei 2017. Pelemahan tajam euro bahkan disebut "gila" oleh Presiden AS Donald Trump, dan sekaligus menyerang The Fed.
"Penurunan euro melawan dolar AS 'Gila', memberikan mereka keunggulan kompetitif yang besar untuk ekspor dan industri manufakturnya... dan The Fed TIDAK MELAKUKAN APA-APA," kata Trump melalui akun Twitternya Senin waktu setempat, sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu poundsterling jeblok ke level terlemah 34 tahun akibat kisruh politik di Inggris.
Melihat besarnya tekanan bagi rupiah akibat kondisi pasar global yang tidak kondusif serta tingginya indeks dolar, rasanya pelemahan 0,25% hari ini masih patut diapresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Berita tentang indeks dolar ini terbenam oleh babak baru perang dagang AS dengan China, serta kisruh politik di Inggris. Wajar indeks dolar kurang mendapat perhatian, kondisi ekonomi AS yang melambat, perang dagang yang tak berkesudahan, serta spekulasi pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) seharusnya membuat dolar AS tertekan.
Namun nyatanya indeks dolar sungguh perkasa, hingga pukul 16:33 WIB berada di level 99,25 atau naik 0,34%. Bahkan sebelumnya sempat ke 99,35, sedikit lagi mencapai 100, titik yang kali terakhir disentuh pada 21 April 2017.
Tingginya indeks tersebut memang bukan karena performa bagus dolar, tetapi akibat buruknya kinerja euro dan poundsterling, dua lawan utama the greenback.
Kondisi ekonomi zona euro yang memburuk membuat European Central Bank (ECB) diprediksi kuat akan menggelontorkan paket stimulus di bulan ini, membuat euro jeblok ke level terlemah sejak Mei 2017. Pelemahan tajam euro bahkan disebut "gila" oleh Presiden AS Donald Trump, dan sekaligus menyerang The Fed.
"Penurunan euro melawan dolar AS 'Gila', memberikan mereka keunggulan kompetitif yang besar untuk ekspor dan industri manufakturnya... dan The Fed TIDAK MELAKUKAN APA-APA," kata Trump melalui akun Twitternya Senin waktu setempat, sebagaimana dilansir Reuters.
Sementara itu poundsterling jeblok ke level terlemah 34 tahun akibat kisruh politik di Inggris.
Melihat besarnya tekanan bagi rupiah akibat kondisi pasar global yang tidak kondusif serta tingginya indeks dolar, rasanya pelemahan 0,25% hari ini masih patut diapresiasi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular