
Analisis
Politik Inggris Panas, Poundsterling Mundur Teratur
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 August 2019 16:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang poundsterling Inggris melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini. Sentimen negatif bagi mata uang ini datang dari Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang berencana membatasi langkah parlemen dalam proses perceraian dengan Uni Eropa (Brexit).
Pada Kamis (29/8/2019) pukul 15:44 WIB, poundsterling diperdagangkan di US$ 1,2199. Poundsterling melemah 0,19% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
PM Johnson sebelumnya selalu menegaskan akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan alias no-deal pada 31 Oktober. Pihak yang bisa menjegal terjadinya no-deal Brexit adalah Parlemen Inggris. Oleh karena itu Johnson berusaha mempersempit waktu pembahasan proposal Brexit di parlemen sehingga kemungkinan terjadinya no-deal Brexit semakin besar.
Johnson berencana menetapkan Pidato Ratu Inggris (Queen's Speech) pada 14 Oktober, yang menjadi awal resmi parlemen Inggris kembali aktif. Hal tersebut sudah disetujui, yang berarti Parlemen Inggris punya waktu sekitar 2 minggu membawa proposal Brexit.
Saat ini parlemen Inggris masih dalam masa reses dan baru aktif kembali pada 3 September. Pimpinan oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan hal yang pertama dilakukan pada pekan depan adalah mencoba membuat undang-undang untuk mencegah keputusan Johnson, di saat yang sama juga mengajukan mosi tidak percaya.
Panasnya situasi politik di Inggris memberikan tekanan tambahan bagi poundsterling yang selama ini terbebani ketidakpastian Brexit. Apalagi dengan langkah terbaru dari PM Johson, peluang terjadinya no-deal Brexit semakin besar. Deadline Brexit Inggris adalah pada 31 Oktober, dan hingga saat itu tidak memiliki proposal baru ataupun ada keputusan terbaru dari Inggris maupun Uni Eropa maka no-deal Brexit akan otomatis terjadi.
No-deal Brexit merupakan kejadian yang paling ditakuti pelaku pasar di tahun ini. Bank sentral Inggris (Bank of England/BOE) bahkan memprediksi Negeri Ratu Elizabeth akan mengalami resesi terburuk sejak perang dunia kedua.
Morgan Stanley memperkirakan peluang poundsterling akan mencapai level paritas (GBP 1=US$ 1) semakin tinggi.. Bank investasi global ini mengatakan skenario kurs poundsterling mencapai US$ 1 sampai US$ 1,1 akan terjadi jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Senada dengan Morgan Stanley, HSBC juga memprediksi hal yang sama. Poundsterling kemungkinan mencapai level terendah sepanjang masa di US$ 1,0545 yang disentuh pada Maret 1985.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Pada Kamis (29/8/2019) pukul 15:44 WIB, poundsterling diperdagangkan di US$ 1,2199. Poundsterling melemah 0,19% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
PM Johnson sebelumnya selalu menegaskan akan membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dengan atau tanpa kesepakatan alias no-deal pada 31 Oktober. Pihak yang bisa menjegal terjadinya no-deal Brexit adalah Parlemen Inggris. Oleh karena itu Johnson berusaha mempersempit waktu pembahasan proposal Brexit di parlemen sehingga kemungkinan terjadinya no-deal Brexit semakin besar.
Johnson berencana menetapkan Pidato Ratu Inggris (Queen's Speech) pada 14 Oktober, yang menjadi awal resmi parlemen Inggris kembali aktif. Hal tersebut sudah disetujui, yang berarti Parlemen Inggris punya waktu sekitar 2 minggu membawa proposal Brexit.
Saat ini parlemen Inggris masih dalam masa reses dan baru aktif kembali pada 3 September. Pimpinan oposisi Partai Buruh, Jeremy Corbyn, mengatakan hal yang pertama dilakukan pada pekan depan adalah mencoba membuat undang-undang untuk mencegah keputusan Johnson, di saat yang sama juga mengajukan mosi tidak percaya.
Panasnya situasi politik di Inggris memberikan tekanan tambahan bagi poundsterling yang selama ini terbebani ketidakpastian Brexit. Apalagi dengan langkah terbaru dari PM Johson, peluang terjadinya no-deal Brexit semakin besar. Deadline Brexit Inggris adalah pada 31 Oktober, dan hingga saat itu tidak memiliki proposal baru ataupun ada keputusan terbaru dari Inggris maupun Uni Eropa maka no-deal Brexit akan otomatis terjadi.
No-deal Brexit merupakan kejadian yang paling ditakuti pelaku pasar di tahun ini. Bank sentral Inggris (Bank of England/BOE) bahkan memprediksi Negeri Ratu Elizabeth akan mengalami resesi terburuk sejak perang dunia kedua.
Morgan Stanley memperkirakan peluang poundsterling akan mencapai level paritas (GBP 1=US$ 1) semakin tinggi.. Bank investasi global ini mengatakan skenario kurs poundsterling mencapai US$ 1 sampai US$ 1,1 akan terjadi jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan.
Senada dengan Morgan Stanley, HSBC juga memprediksi hal yang sama. Poundsterling kemungkinan mencapai level terendah sepanjang masa di US$ 1,0545 yang disentuh pada Maret 1985.
(BERLANJUT KE HALAMAN 2)
Next Page
Analisis Teknikal
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular