Analisis

"Hantu" Resesi Gentayangan Lintas Benua, Emas Mau Kemana?

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 August 2019 12:56
Foto: Emas Batangan dan Koin dalam brankas Pro Aurum di Munich, Jerman pada 14 Agustus 2019. (REUTERS/Michael Dalder)
Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi ambil untung membuat harga emas melemah pada perdagangan Rabu (28/8/19) kemarin. Sementara pada hari ini, Kamis (29/8/19) emas kembali bergerak naik. Isu resesi di Amerika Serikat (AS) masih menjadi pendongkrak kinerja logam mulia.

Inversi yield obligasi AS (US Treasury) tenor 2 tahun dan 10 tahun semakin melebar. Artinya, yield tenor pendek lebih tinggi dibandingkan tenor panjang yang menandakan investor melihat ada risiko yang lebih besar dalam jangka pendek.

Data dari Credit Suisse menunjukkan sejak 1978 terjadi lima kali inversi yield obligasi pemerintah AS tenor dua tahun dan 10 tahun. Semuanya menjadi awal terjadinya resesi. Rata-rata resesi akan terjadi 22 bulan setelah inversi.


Perang dagang AS dengan China menjadi penyebab pelaku pasar memprediksi Negeri Paman Sam akan mengalami resesi. Perang dagang yang terjadi sejak tahun lalu ini telah membuat ekonomi AS melambat.

Kini kedua negara akan mengenakan tarif impor baru pada 1 September nanti. AS akan mengenakan tarif impor sebesar 15% tahap pertama untuk produk dari China dengan total nilai US$ 300 miliar. Sementara, China mengenakan tarif impor kisaran 5%-10% untuk produk dari AS dengan total nilai US% 75 miliar.

Tarif baru tersebut tentunya memperparah kondisi ekonomi AS, dan ancaman resesi semakin nyata. Tidak hanya AS, Inggris kini juga terancam akan mengalami resesi jika Inggris keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun atau no-deal Brexit terjadi.

Perdana Menteri (PM) Inggris Boris Johnson, mengambil langkah untuk membatasi Parlemen Inggris menggagalkan rencana Brexit. PM Johnson berencana menetapkan Pidato Ratu Inggris (Queen's Speech) pada tanggal 14 Oktober, yang menjadi awal resmi parlemen Inggris kembali aktif.

Hal tersebut tentunya membuat parlemen Inggris memiliki waktu yang singkat untuk membahas rencana Brexit PM Johnson, dan jika hingga 31 Oktober tidak ada keputusan, maka Inggris secara otomatis akan keluar dari Uni Eropa tanpa kesepakatan alias no-deal.

No-deal Brexit menjadi kecemasan utama pelaku pasar, ekonomi Inggris dikhawatirkan akan terguncang bahkan masuk ke jurang resesi.


Resesi kini seperti hantu yang menebar ketakutan dan kecemasan di benak pelaku pasar. "Hantu" ini kini bergentayangan dari AS hingga ke Eropa. Inggris merupakan salah satu raksasa ekonomi Eropa, resesi yang terjadi di Negeri Ratu Elizabeth tersebut bisa saja turut menyeret negara-negara lain di Benua Biru.

Dalam kondisi seperti ini, para pelaku pasar akan mengalihkan investasinya ke aset-aset yang dianggap aman (safe haven), emas menjadi salah satu aset safe haven tersebut.

(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Harga emas pada perdagangan kemarin berhasil menembus resisten (tahanan atas) US$ 1.544/troy ons, tetapi setelahnya berbalik turun. Emas memberikan false signal dalam pergerakan tersebut, dan resisten tetap berada di US$ 1.544/troy ons. Sehingga belum ada perubahan level-level yang harus diperhatikan dalam analisis teknikal. 

Grafik: Emas (XAU/USD) Harian 
Sumber: investing.com

Pada grafik harian, emas yang disimbolkan XAU/USD masih bergerak di atas rerata pergerakan (Moving Average/MA) MA 8 hari (garis biru), MA 21 hari (garis merah), dan atas MA 125 hari (garis hijau). 

Indikator rerata pergerakan konvergen divergen (MACD) di wilayah positif dan bergerak naik, histogram kembali ke wilayah positif, memberikan gambaran emas mulai mendapat momentum penguatan kembali.

Grafik: Emas (XAU/USD) 1 Jam
Sumber: investing.com


Pada time frame 1 jam, emas bergerak di atas MA 8, MA 21, tetapi di atas MA 125. Indikator stochastic bergerak turun dari wilayah jenuh beli (overbought). 

Emas terlihat kembali menguji level US$ 1.544, setelahnya terkoreksi turun. Pergerakan tersebut menunjukkan US$ 1.544 masih menjadi resisten yang cukup kuat, dan indikator Stochastic yang overbought membuat emas terkoreksi pasca mencapai resisten. 

Koreksi harga emas kemungkinan akan menuju level US$ 1.539, jika mampu ditembus emas berpeluang turun ke area US$ 1.535. Support selanjutnya berada di level US$ 1.530 dan US$ 1.526. Selama masih bertahan di atas US$ 1.526, emas masih cenderung kembali menguat. 

Emas berpeluang naik lebih jauh jika mampu menembus konsisten ke atas resisten US$ 1.544, dengan target ke area US$ 1.550. Peluang ke area US$ 1.554 menjadi terbuka jika mampu menembus US$ 1.550. 

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular