Terungkap, Ini Penyebab Rupiah Kalah Jauh dari Baht!

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 August 2019 07:33
Waktunya Berbenah!
Foto: infografis/infografis Pertumbuhan Ekonomi RI Era Jokowi/Aristya Rahadian Krisabella

Kini, pemerintah harus bergerak dengan cepat untuk berbenah. Pertumbuhan ekonomi harus digenjot, sembari diarahkan untuk mengatasi permasalahan bengkaknya CAD.

Salah satu hal yang bisa mulai dibenahi oleh pemerintah adalah terkait permasalahan pangan. Sepanjang tahun ini, carut-marut impor pangan membayangi perekonomian tanah air.

Catatan perdagangan luar negeri memperlihatkan bahwa sudah sejak tahun 1960 Indonesia terus melakukan impor beras. Pada tahun 2018, impor beras bahkan membengkak menjadi lebih dari 2 juta ton. Sepanjang Januari-Juni 2019, BPS mencatat impor beras telah mencapai 203 ribu ton.

Memang, jumlah impor beras relatif kecil ketimbang produksi beras dalam negeri. Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat produksi beras di tahun 2018 mencapai 83 juta ton.

Mungkin jika impor beras dilakukan sesekali sebagai antisipasi dari faktor cuaca yang mempengaruhi musim panen, masyarakat bisa paham dan maklum. Pasalnya, impor terkadang memang diperlukan untuk menjaga harga di tingkat konsumen. Menjaga konsumsi masyarakat memang kerap kali menjadi prioritas. Ingat, lebih dari 50% PDB Indonesia masih disumbang oleh konsumsi rumah tangga.

Namun, impor ini sudah berlangsung bertahun-tahun tanpa pernah absen sekalipun, sehingga masuk akal jika pemerintah fokus untuk membenahi masalah tersebut.

Sejatinya, permasalahan impor pangan bukan terhenti pada beras. Jagung juga memiliki nasib serupa. Pada tahun 2018, total impor jagung Indonesia mencapai 737,2 ribu ton senilai US$ 159,4 juta (Rp 2,2 triliun). Jumlah impor jagung pada tahun 2018 meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya 517,4 ribu ton senilai US$ 114,07 (Rp 1,59 triliun).

Sama halnya dengan beras, impor jagung juga dilakukan setiap tahun tanpa absen sekalipun, setidaknya sejak 1989, menandakan bahwa produksi dalam negeri tidak pernah mampu untuk memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri.

Tidak hanya tanaman pangan, hortikultura pun bernasib serupa.

Pada tahun 2018, tercatat ada sebanyak 582 ribu ton bawang putih impor yang masuk ke Indonesia dengan total nilai mencapai US$ 497 juta, berdasarkan data dari UN Comtrade. Dengan asumsi kurs Rp 14.000/dolar AS, nilai tersebut setara dengan Rp 6,96 triliun. Tentu bukan jumlah yang sedikit, apalagi dilakukan setiap tahun.

Bahkan, data dari UN Comtrade menunjukkan bahwa Indonesia merupakan importir bawang putih terbesar di dunia.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular