Diterpa Aksi Ambil Untung, IHSG Banting Setir ke Zona Merah

Houtmand P Saragih & Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 August 2019 12:37
RAPBN 2020 Suntikkan Optimisme, Tapi Sayang Sudah Tak Bertaji
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Dari dalam negeri, sejatinya juga ada sentimen positif yang datang dari racikan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun 2020. Sama halnya dengan tahun-tahun sebelumnya, menjelang peringatan hari kemerdekaan yang jatuh pada tanggal 17 Agustus, presiden berbicara di depan hadapan anggota parlemen mengenai postur RAPBN tahun berikutnya.

Pada hari Jumat, Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan hal serupa. Dirinya menjabarkan RAPBN untuk tahun 2020 atau tahun pertama di periode keduanya sebagai pemegang takhta kekuasaan tertinggi di Indonesia.

Di dalam RAPBN tahun 2020 yang tentunya disusun bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Jokowi mematok target pertumbuhan ekonomi di level 5,3%. Jika terealisasi, maka akan menandai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi sejak tahun 2013.



Untuk diketahui, pada saat ini perekonomian global sedang berada dalam kondisi yang sangat sulit. Hingga kini, perang dagang AS-China belum juga bisa diselesaikan, walaupun sejatinya ada perkembangan yang positif. Perang dagang antar dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi tersebut sudah berlangsung selama lebih dari setahun.

Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di planet bumi saling balas-membalas bea masuk, dampaknya sudah bisa diprediksi: perekonomian global akan mendapatkan tekanan yang signifikan dan itulah yang terjadi saat ini.

Pada tahun 2018 dan 2019, perang dagang AS-China membawa perekonomian global meredup. Pada tahun 2017, International Monetary Fund (IMF) mencatat pertumbuhan ekonomi global melonjak menjadi 3,789%, dari yang sebelumnya 3,372% pada tahun 2016, sekaligus menandai laju pertumbuhan tertinggi sejak tahun 2011.

Pada tahun 2018, pertumbuhan ekonomi global melandai menjadi 3,598%. Untuk tahun 2019, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global akan kembali melandai menjadi 3,328%. Jika terealisasi, maka akan menandai laju pertumbuhan ekonomi terburuk sejak tahun 2009 kala perekonomian global justru terkontraksi sebesar 0,107% akibat krisis keuangan global.



Walaupun kondisi eksternal sedang sulit, Jokowi ternyata berani memasang badan untuk mematok target pertumbuhan ekonomi yang tinggi.
Sayang, niat pelaku pasar untuk melakukan ambil untung lebih besar sehingga racikan RAPBN 2020 yang pada hari Jumat mampu membuat IHSG menguat sebesar 0,46% tak lagi bertaji pada hari ini.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular