Nyaman di Zona Hijau, IHSG Sambut Weekend dengan Happy Ending

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
16 August 2019 12:19
Nyaman di Zona Hijau, IHSG Sambut Weekend dengan Happy Ending
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mengawali perdagangan hari ini dengan apresiasi sebesar 0,11% ke level 6.264,38, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat banting setir ke zona merah sebelum akhirnya kembali merangsek ke zona hijau dan terus bertahan 0,34% ke level 6.278,81.

Setelah berhari-hari mengalami tekanan, tampaknya kinerja IHSG hari ini akan berakhir dengan happy weekend. Dimana saham-saham saham-saham yang berkontribusi signifikan dalam mendongkrak kinerja IHSG di antaranya: PT Sinar Mas Multiartha Tbk/SMMA (+15%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+2,24%), PT Unilever Indonesia Tbk /UNVR (+0,62%), PT Vale Indonesia Tbk/INCO (+4,07%), dan PT Ciputra Development Tbk/CTRA (+4,17%).

Kinerja IHSG senada dengan mayoritas bursa saham utama Benua Kuning yang juga sedang ditransaksikan di teritori positif. Hingga berita ini diturunkan, indeks Nikkei naik 0,1%, indeks Shanghai menguat 0,68%, dan indeks Hang Seng terangkat 0,8%.

Pada sesi awal perdagangan, bursa saham Asia sempat diterpa tekanan jual seiring dengan komentar tak sedap yang diutarakan China terkait dengan perang dagang dengan AS. Kemarin sore (15/8/2019), Kementerian Keuangan China mengatakan bahwa pihaknya harus mengambil langkah balasan guna merespons rencana Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan bea masuk senilai 10% bagi produk impor asal China yang hingga kini belum terdampak perang dagang.

Itikad baik dari AS ternyata tak digubris oleh China. Seperti yang diketahui, pada hari Selasa (13/8/2019) Kantor Perwakilan Dagang AS mengumumkan bahwa pihaknya akan menghapus beberapa produk dari daftar produk impor asal China yang akan dikenakan bea masuk baru pada awal bulan depan.

Kantor Perwakilan Dagang AS dalam pernyataan resminya mengatakan bahwa keputusan ini dilandasi oleh alasan "kesehatan, keselamatan, keamanan nasional, dan faktor-faktor lainnya", dilansir dari CNBC International.

Lebih lanjut, pengenaan bea masuk baru senilai 10% untuk berbagai produk lainnya yang sejatinya akan mulai berlaku efektif pada awal September diputuskan ditunda hingga 15 Desember. Produk-produk yang akan ditunda pengenaan bea masuknya mencakup ponsel selular, laptop, konsol video game, dan monitor komputer.

Namun kemudian, pelaku pasar mulai merespons positif nada optimisme yang disuarakan oleh Kementerian Luar Negeri China. Masih kemarin, Kementerian Luar Negeri China mengungkapkan optimisme bahwa kedua belah pihak bisa menemukan solusi untuk perang dagang kedua negara yang sudah berlangsung begitu lama.

"Dengan dasar kesetaraan dan rasa saling menghormati, kita dapat menemukan solusi yang saling menguntungkan melalui dialog dan konsultasi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying, dilansir dari CNBC International.

Kala dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia bisa mengakhiri perang dagang antar keduanya, tentu perekonomian global bisa dipacu untuk melaju di level yang relatif tinggi.
Dari dalam negeri, rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 mampu mendongkrak kinerja IHSG. Data perdagangan internasional periode Juli 2019 diumumkan kemarin oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Sepanjang Juli 2019, BPS mencatat bahwa ekspor jatuh sebesar 5,12% secara tahunan (year-on-year/YoY), lebih baik dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan kontraksi hingga 11,59%. Sementara itu, impor tercatat jatuh 15,21% YoY, juga lebih baik ketimbang konsensus yakni koreksi sebesar 17,76% YoY.

Alhasil, neraca dagang tercatat membukukan defisit senilai US$ 63,5 juta, lebih baik dibandingkan konsensus yang sebesar US$ 384,5 juta. Rilis data perdagangan internasional periode Juli 2019 menjadi sangat penting lantaran akan mempengaruhi posisi transaksi berjalan pada kuartal III-2019.

Pada Juli 2018, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 2,01 miliar, sementara defisit transaksi berjalan/current account deficit (CAD) pada kuartal III-2018 tercatat sebesar 3,3% dari PDB.

Jika ternyata neraca dagang Indonesia membukukan defisit yang lebih dalam dari ekspektasi pada periode Juli 2019, maka akan ada kekhawatiran bahwa transaksi berjalan akan kembali membengkak pada kuartal III-2019.

Untuk diketahui, pada kuartal II-2019 Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa CAD menembus level 3% dari PDB, tepatnya 3,04%. Padahal pada kuartal I-2019, CAD hanya berada di level 2,6% dari PDB. Secara nominal, CAD pada kuartal II-2019 adalah senilai US$ 8,44 miliar.

Dengan defisit neraca dagang pada Juli 2019 yang jauh lebih kecil dari ekspektasi, maka ada harapan bahwa CAD di kuartal III-2019 akan menyempit. Hal ini pada akhirnya memotori aksi beli di bursa saham tanah air. 

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular