
Jelang Rilis Data Ekspor-Impor, IHSG Menguat Tipis
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
15 January 2020 09:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali perdagangan ketiga di pekan ini, Rabu (15/1/2020), di zona hijau.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat tipis 0,01% ke level 6.326,17.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru mengawali hari di zona merah. Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei turun 0,42%, indeks Shanghai terkoreksi 0,12%, indeks Straits Times melemah 0,12%, dan indeks Kospi jatuh 0,41%.
Pelaku pasar saham Benua Kuning kini menantikan formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China. Melansir CNBC International, AS dan China dijadwalkan untuk menandatangani kesepakatan dagang tahap satu pada hari Rabu (15/1/2020) di AS.
Melansir Reuters, sebanyak lebih dari 200 undangan telah disebar untuk seremoni penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu. Seremoni penandatanganan kesepakatan dagang akan digelar di Washington, tepatnya di Gedung Putih.
Menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, komitmen China terkait kesepakatan dagang tahap satu tidaklah berubah dalam proses penerjemahan teks kesepakatan dagang yang panjang.
"Itu (komitmen dari China) tidaklah berubah dalam proses penerjemahan," kata Mnuchin dalam acara "Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo", seperti dilansir dari Reuters.
"Kami telah melalui proses penerjemahan yang saya rasa kita sebut sebagai permasalahan teknis."
Menurut Mnuchin, teks kesepakatan dagang kedua negara akan dirilis pada pekan ini, tepatnya pada hari penandatanganan.
"Dan orang-orang dapat melihatnya. Ini adalah kesepakatan yang sangat menyeluruh," sebut Mnuchin.
Sebelumnya pada pekan lalu, China mengumumkan bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He akan berkunjung ke Washington pada pekan ini untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu.
"Karena undangan dari AS, Liu He akan memimpin delegasi ke Washington dari tanggal 13 hingga 15 Januari untuk menandatangani perjanjian fase I," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, seperti dikutip dari AFP.
Menjelang formalisasi damai dagang antar kedua negara, justru ada perkembangan yang kurang mengenakan. Melansir Bloomberg, bea masuk yang dibebankan AS terhadap produk impor asal China kemungkinan akan tetap diberlakukan hingga pemilihan presiden di AS selesai dilakukan. Pemberitaan dari Bloomberg tersebut mengutip orang-orang yang mengetahui jalannya negosiasi dagang antar kedua negara.
Lebih lanjut, upaya untuk mengurangi bea masuk terhadap produk impor asal China akan bergantung kepada kepatuhan China terkait dengan komitmen yang mereka sepakati dalam kesepakatan dagang tahap satu.
Sebagai catatan, pemangkasan bea masuk untuk produk impor asal China senilai US$ 120 miliar (dari 15% menjadi 7,5%) tetap akan dieksekusi pasca kesepakatan dagang tahap satu diteken.
Penantian atas formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China, berikut dengan pemberitaan negatif yang menyelimutinya, membuat bursa saham Asia melemah kala ada rilis data ekonomi yang menggembirakan.
Kemarin (14/1/2020), ekspor China periode Desember 2019 (denominasi dolar AS) diumumkan tumbuh hingga 7,6% secara tahunan, jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,2% saja, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor untuk periode yang sama diumumkan melejit hingga 16,3%, juga jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 9,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar saham Tanah Air akan mencermati rilis data perdagangan internasional periode Desember 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut dijadwalkan untuk dirilis pada pukul 11:00 WIB.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor mengalami kontraksi sebesar 1,9% secara tahunan, sementara impor diperkirakan jatuh 4,4% secara tahunan. Alhasil, neraca perdagangan diproyeksikan membukukan defisit senilai US$ 456,5 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article 2019 Neraca Dagang Defisit, Akhir Sesi I IHSG Melemah
Pada pembukaan perdagangan, IHSG menguat tipis 0,01% ke level 6.326,17.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang justru mengawali hari di zona merah. Pada pembukaan perdagangan, indeks Nikkei turun 0,42%, indeks Shanghai terkoreksi 0,12%, indeks Straits Times melemah 0,12%, dan indeks Kospi jatuh 0,41%.
Melansir Reuters, sebanyak lebih dari 200 undangan telah disebar untuk seremoni penandatanganan kesepakatan dagang tahap satu. Seremoni penandatanganan kesepakatan dagang akan digelar di Washington, tepatnya di Gedung Putih.
Menurut Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin, komitmen China terkait kesepakatan dagang tahap satu tidaklah berubah dalam proses penerjemahan teks kesepakatan dagang yang panjang.
"Itu (komitmen dari China) tidaklah berubah dalam proses penerjemahan," kata Mnuchin dalam acara "Sunday Morning Futures with Maria Bartiromo", seperti dilansir dari Reuters.
"Kami telah melalui proses penerjemahan yang saya rasa kita sebut sebagai permasalahan teknis."
Menurut Mnuchin, teks kesepakatan dagang kedua negara akan dirilis pada pekan ini, tepatnya pada hari penandatanganan.
"Dan orang-orang dapat melihatnya. Ini adalah kesepakatan yang sangat menyeluruh," sebut Mnuchin.
Sebelumnya pada pekan lalu, China mengumumkan bahwa Wakil Perdana Menteri Liu He akan berkunjung ke Washington pada pekan ini untuk meneken kesepakatan dagang tahap satu.
"Karena undangan dari AS, Liu He akan memimpin delegasi ke Washington dari tanggal 13 hingga 15 Januari untuk menandatangani perjanjian fase I," kata Juru Bicara Kementerian Perdagangan China Gao Feng, seperti dikutip dari AFP.
Menjelang formalisasi damai dagang antar kedua negara, justru ada perkembangan yang kurang mengenakan. Melansir Bloomberg, bea masuk yang dibebankan AS terhadap produk impor asal China kemungkinan akan tetap diberlakukan hingga pemilihan presiden di AS selesai dilakukan. Pemberitaan dari Bloomberg tersebut mengutip orang-orang yang mengetahui jalannya negosiasi dagang antar kedua negara.
Lebih lanjut, upaya untuk mengurangi bea masuk terhadap produk impor asal China akan bergantung kepada kepatuhan China terkait dengan komitmen yang mereka sepakati dalam kesepakatan dagang tahap satu.
Sebagai catatan, pemangkasan bea masuk untuk produk impor asal China senilai US$ 120 miliar (dari 15% menjadi 7,5%) tetap akan dieksekusi pasca kesepakatan dagang tahap satu diteken.
Penantian atas formalisasi kesepakatan dagang tahap satu antara AS dan China, berikut dengan pemberitaan negatif yang menyelimutinya, membuat bursa saham Asia melemah kala ada rilis data ekonomi yang menggembirakan.
Kemarin (14/1/2020), ekspor China periode Desember 2019 (denominasi dolar AS) diumumkan tumbuh hingga 7,6% secara tahunan, jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,2% saja, seperti dilansir dari Trading Economics. Sementara itu, impor untuk periode yang sama diumumkan melejit hingga 16,3%, juga jauh di atas konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 9,6% saja, seperti dilansir dari Trading Economics.
Pada perdagangan hari ini, pelaku pasar saham Tanah Air akan mencermati rilis data perdagangan internasional periode Desember 2019 oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data tersebut dijadwalkan untuk dirilis pada pukul 11:00 WIB.
Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan ekspor mengalami kontraksi sebesar 1,9% secara tahunan, sementara impor diperkirakan jatuh 4,4% secara tahunan. Alhasil, neraca perdagangan diproyeksikan membukukan defisit senilai US$ 456,5 juta.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank) Next Article 2019 Neraca Dagang Defisit, Akhir Sesi I IHSG Melemah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular